EKBIS.CO, BOGOR -- Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan akan memperbaiki akurasi angka terkait jumlah produksi beras.
"Kalaupun data itu (produksi beras) benar, namun cara produksinya tidak benar, hal tersebut akan menjadi sia-sia," kata Amran Sulaiman usai mengikuti "Festival Karnaval Holtikultura 2015" di IPB, Bogor, Jawa Barat, Ahad (29/11).
Menurutnya, hal yang terpenting adalah cara memproduksi yang benar dan ditopang dengan data yang juga akurat. Sehingga ketersediaan sekaligus kualitas beras yang dihasilkan terjamin.
Sebelumnya, berdasarkan rilis data BPS pada tahun 2015 Indonesia diprediksi mampu memproduksi gabah kering giling (GKG) sebanyak 75 juta ton atau setara dengan 43,940 juta ton beras. Data tersebut kemudian direvisi kembali oleh BPS menjadi 74,99 juta ton dengan alasan kekeringan atau El-nino.
Tetapi, ternyata walaupun direvisi, konsumsi beras nasional tahun ini berdasarkan data dari Kementerian Pertanian (Kementan), Indonesia hanya butuh 33,368 juta ton, atau kesimpulannya tetap surplus.
Atas kejadian tersebut, beras surplus tapi pemerintah tetap impor, maka banyak pihak beranggapan bahwa data dari BPS tidak valid.
Anggapan ini juga diakui oleh Kepala BPS Suryamin. Ia sepakat data produksi kebutuhan beras di Tanah Air pada saat ini tidak valid dengan kondisi di lapangan.
"Memang dugaan tidak valid, tapi jangan digeneralisirkan pada semua data," katanya.