EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur dan Kepala Riset Ekuitas Citigroup Securities Indonesia, Ferry Wong, mengatakan diresmikannya mata uang Cina, Yuan, tidak akan membawa dampak signifikan khususnya terhadap Indonesia. Sampai tahun 2015, yuan sudah menjadi mata uang nomor dua dipakai di seluruh dunia.
"Yuan sebenarnya sudah jadi mata uang nomor dua yang dipakai di dunia, sekitar 10 persen, bahkan lebih tinggi penggunaannya dibanding euro, yen dan poundsterling," kata dia di Plaza Bapindo, Jakarta, Senin (7/12).
Dengan kenyataan itu, dampak ke depan, meski sudah resmi menjadi mata uang utama dunia, tak akan terlalu signifikan dari saat ini. Memang, di sisi lain, ia akui nantinya permintaan atas mata uang ini akan bertambah.
"Menurut saya mata uang Cina sudah relatif over value. Mereka butuh melakukan sesuatu untuk membiarkannya menjadi tergantung pada market," lanjutnya.
Terlebih lagi, kata dia, hubungan Cina dan Indonesia lebih banyak dari sisi impor. Sementara ekspor, Indonesia lebih mengarah ke India.
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI), Samsul Hidayat mengamini hal itu. Menurutnya, bagi investor artinya hanya akan ada diversifikasi posisi portofolio mata uang mereka.
"Mestinya akan ada penyesuaian mata uang dunia. Tentunya ini akan sedikit tambahan, akan punya mata uang utama untuk jadi acuan," papar dia.
Efeknya, tak akan signifikan, pun terhadap pasar modal. Saat ini Indonesia 65 persennya masih merupakan investor lokal. Sepanjang ini masih terus terjadi, diresmikannya yuan sebagai mata uang utama dunia tak terlalu berpengaruh terhadap pasar domestik. "Karena sumbernya dari rupiah juga," ucap Samsul.
Namun, ini mungkin akan baik efeknya bagi stabilitas mata uang. Dengan diakuinya mata uang Cina ini, nantinya tingkat ketergantungan terhadap dolar AS pun berkurang.