EKBIS.CO, JAKARTA -- Pondok pesantren dinilai potensial melahirkan santri pengusaha seiring pengembangan ekonomi yang dilakukan.
Karena itu, para alumni dan santri pengusaha perlu diberi ruang pengembangan.
Direktur Keuangan dan Strategi BSM Agus Dwi Handaya mengatakan, dengan harapan bisa tumbuh sekitar 10 persen pada 2016 dan target memiliki aset Rp 200 triliun (KAPAN) ), BSM tertarik ikut sebagai salah satu pendukung Rumai Enterpreuner Indonesia (REI) mengembangkan potensi santri pengusaha.
''Dengan target itu, BSM tidak bisa pasif dan harus turun ke garda depan menjaring santri pengusaha,'' kata Agus Dwi dalam sosialisasi BSM Santripreneur Award (BSA), Senin (7/12).
BSM, kata Agus Dwi, tidak menunggu nasabah besar datang. Tapi berinisiatif menciptakan nasabah kelas itu.
Adalah tanggungjawab bersama untuk memberi ruang bagi santri untuk berekpresi dan berkarya mengembangkan usaha dan karir mereka. Apalagi, para santri dan alumni pondok pesantren juga punya korelasi implementasi akhlak dan moralitas.
Ekonomi Islam yang bernuansa pemerataan dan adil, ditunjang usaha mandiri para santri dan alumni pesantren, BSM berharap mereka bisa mendorong kemajuan ekonomi nasional.
''Kalau ditunjang mereka, kita berharap Indonesia bisa lebih berkah,'' ungkap Agus Dwi.
Agus Dwi menyatakan sudah lebih dari seribu pondok pesantren yang bekerja sama dengan BSM. Data Kementerian Agama per Juni 2015 menunjukkan ada sekitar 29 ribu pondok pesantren yang dominan tersebar di Jawa, terutama Jawa Barat.
BSA yang digelar REI bersama BSM, lanjut Agus Dwi, tidak berbeda secara filosofi dengan induk, Bank Mandiri. Yang dilakukan BSM hanya beda di sisi tema dan target.
Tahun depan, bisa saja diusahakan BSA terintegrasi dengan grup dengan porsi syariah di BSM. BSA pun bukan kegiatan temporal tapi berkelanjutan dengan lanjutan pembinaan baik pembekalan, bantuan modal atau bisa pula bantuan pembiayaan komersial.
''Intinya, BSA tidak hanya memilih juara tapi unggulan di dunia bisnis sebenarnya. Tergantung level dimana mereka bisa didorong,'' kata Agus Dwi.
BSM juga memperhitungkan daya tahan bisnis santri yang ikut dalam BSA terhadap guncangan dunia usaha. Tahun depan, ia berharap kegiatan ini bisa diselenggarakan lebih luas dengan kriteria yang lebih komprehensif sehingga sinambung dan kontorbusi bagi ekonomi nasional.
Pembina REI Ahmat Sugeng Utomo (Gus Ut) mengatakan, santri sering dipandang sebelah mata, diragukan kemampuan bisnisnya. Faktanya mereka mampu. Di pesantren mereka tak hanya belajar kitab, tapi belajar memiliki usaha sendiri dari kiai dan ustaz mereka.
''Santri berjuang, termasuk di bidang ekonomi. Banyak yang bisa digali dari mereka,'' kata Gus Ut.
Kalau bangsa ini mau maju, kata Gus Ut, majukan juga santrinya agar mereka mandiri. Santri pengusaha diharapkan bisa menginspirasi santri-santri lain.
Dalam kegiatan BSA, selain kreativitas, rekomendasi dari kiai pondok pesantren juga jadi pertimbangan. Dibuka pada 1 Desember lalu, peminat BSA tak hanya dari Indonesia tapi juga para pengusaha lulusan pesantren di luar negeri.