EKBIS.CO, KARANGANYAR -- Kerajinan talenan yang memanfaatkan limbah kayu jati dari industri kusen asal Desa Keradenan Serangan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah mampu menembus pasar mancanegara.
Seorang pengrajin telenan, Christian Haryanto mengatakan kerajinan talenan dari bahan baku limbah kayu jati tersebut dilirik konsumen Korea karena miliki kualitas dan corak yang indah dekoratif.
"Kami sudah mengirim beberapa sampel telenan ke Korea belum lama ini, dan mereka tertarik produk asal Karanganyar itu, karena miliki corak karakteristik kayu aslinya," kata Christian yang mengaku menekuni kerajinan telenan baru dua tahun ini di Karanganyar, Selasa (15/12).
Namun, kata dia, untuk permintaan konsumen pasar lokal untuk sementara di kafe-kafe di Jakarta dan rata-rata baru sekitar 200 buah per bulan. Dia menjelaskan, untuk kerajinan telenan produksinya memang masih menggunakan peralatan sederhana atau manusal seluruhnya sehingga corak karakteristik serat kayu masih bisa terlihat indah dan mulai diminati konsumen
"Produksinya memang lain, jika dibanding hasil produk dengan mesin yang lebih efisiensi. Produknya lebih unggul pada corak karakteristik yang alami," katanya.
Menurut dia, harga kerajinan talenan produksinya ditawarkan mulai dari Rp 80 ribu hingga Rp 150 ribu per buah tergantung ukuran dan bentuk kesulitan produksi. Pihaknya yang melibatkan dengan sebanyak 15 tenaga kerja tersebut kemampuan produksi rata-rata sekitar 2.000 buah per bulan. Namun, produksinya masih melihat dari permintaan pasar.
Menyinggung soal bahan baku kayu jati yang dianggap semakin sulit, Christian menjelaskan bahan baku limbah kayu tersebut masih tersedian banyak, dan harga rata-rata sekitar Rp 16 juta per kubiknya.
"Kami bahan baku banyak mengambil dari limbah industri kusen di daerah Blora atau Rembang Jateng," katanya.
Proses produksi talenan, kata dia, cukup sederhana pertama kayu yang berbentuk potongan disambung-sambung dengan lem atau perekat menjadi papan. Setelah itu, kayu dipotong sesuai dibentuk yang dikehendaki dan kemudian diamplas hingga permukaan halus. "Penyambungan kayu bentuk kotak-kotak itu, membuat corak kayu menjadi indah alami dan seratnya menjadi warna asli tersendiri," katanya.
Menurut dia, industri ekonomi kreatif tersebut hanya membutuhkan alat mesin sederhana seperti gergaji mesin kecil, mesin amplas, dan alat pressing saat proses perekatan kayu.