EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu (16/12) pagi, bergerak melemah tipis sebesar tiga poin menjadi Rp 14.049 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 14.046 per dolar AS.
"Inflasi AS periode November 2015 yang naik ke 0,5 persen secara tahunan. Walaupun masih jauh dari target bank sentral AS yang sebesar 2 persen, hal itu sudah cukup mengembalikan kekuatan dolar AS," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Rabu (16/12).
Ia menambahkan bahwa ruang penguatan dolar AS juga masih berpeluang lebih tinggi menjelang pengumuman hasil rencana bank sentral AS untuk menaikkan suku bunganya dalam pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC).
Kendati demikian, kata dia, meski kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS (Fed fund rate) masih dinantikan, terlihat penguatan dolar AS tidak sepenuhnya solid menyusul tertahannya penurunan harga komoditas sehingga membantu rupiah untuk bergerak dalam area posisi stabil.
Sementara dari dalam negeri, kata dia, data neraca perdagangan Indonesia yang mencatatkan defisit untuk pertama kalinya pada tahun ini justru memperbaiki prospek pertumbuhan ekonomi ke depan sehingga memperbaiki daya tarik aset berdenominasi rupiah.
Researcher and Analyst Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra menambahkan bahwa kurang dari 24 jam ke depan bank sentral AS akan mengumumkan hasil rapat moneternya, dan tingkat suku bunga kemungkinan besar akan dinaikkan.
"Probabilitas kenaikan suku bunga cukup tinggi, dengan tingginya probabilitas maka akan menjadi kejutan jika bank sentral AS tidak jadi menaikkan suku bunganya," katanya.
(Baca juga: Harga Minyak Dunia Membaik)