EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia memandang kenaikan suku bunga AS direspons positif oleh pasar. Bahkan, pergerakan nikai tukar rupiah menguat pascakeputusan rapat FOMC pada 16 Desember 2015 waktu setempat.
Direktur Eksekutif Departemen Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia, Juda Agung, mengatakan, transaksi perdagangan di pasar valas pada Kamis (17/12) menunjukan kenaikan suku bunga AS sudah di price in oleh pasar. Nilai tukar rupiah juga relatif menguat pada pembukaan perdagangan Kamis.
"Ini seperti yang sudah kita duga. Respons keuangan pasar global juga sama semua poitif dari sisi saham maupun aset keuangan yang lain," jelasnya dalam konferensi pers di kantor pusat Bank Indonesia Jakarta, Kamis (17/12).
Sehingga, dia menilai dampak dari kebijakan moneter the Fed terhadap kondisi keuangan Indonesia masih baik dan sesuai dengan perkiraan BI. Untuk tahun 2016, BI tetap melihat dot plot dari FOMC kira-kira 100 basis poin. Meskipun market memperkirakan di kisarab 50-75 bps. "Market lebih dovish dibandingkan Fed," ungkapnya.
Selanjutnya, pada kenaikan FFR yang kedua dan seterusnya, menurutnya akan tergantung pada statement Presiden Fed Janet Yellen yang telah menyatakan kenaikannya gradual dan data dependen. Yellen juga mengatakan akan mengomunikasikan secara hati-hati agar tidak menimbulkan sentimen di market.
Juda menilai, kenaikan FFR di Desember ini cukup baik komunikasinya sehingga gejolak di pasar tidak terlalu besar. "Mudah-mudahan ke depan juga seperti itu dengan komunikasi Fed yang baik tidak memberikan dampak negatif bagi gejolak di pasar keuangan," ucapnya.