EKBIS.CO, JAKARTA -- Ketua Umum Gabungan Asosiasi Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi Lukman optimistis pertumbuhan industri makanan dan minuman pada 2016 bisa mencapai 8 persen. Pertumbuhan tersebut diharapkan dapat tercapai dari sisi volume dan bukan karena harga yang tinggi.
Adhi menjelaskan, angka pertumbuhan industri makanan dan minuman pada 2015 sudah cukup baik yakni sekitar 7 persen namun dari segi kualitas masih belum memuaskan. Pada kuartal I dan II 2015 pertumbuhan industri makanan dan minuman didorong karena kenaikan harga, sedangkan volume pertumbuhan baru terlihat pada kuartal III dan IV 2015.
"Dengan adanya penurunan biaya listrik dan gas yang dilakukan oleh pemerintah, maka dapat mendorong industri makanan dan minuman menjadi lebih baik dan diharapkan pada 2016 tidak ada kenaikan harga," ujar Adhi dalam jumpa pers di Kementerian Perindustrian, Jumat (8/1).
Adhi mengaku pertumbuhan industri makanan dan minuman 2016 masih tetap tumbuh karena pemerintah sudah lebih siap, misalnya penggunaan anggaran yang sudah mulai berjalan sehingga menjadi pemicu pergerakan ekonomi nasional. Selain itu, sejumlah lembaga perekonomian dunia memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016 akan lebih baik, serta beberapa harga komoditas diperkirakan tidak akan turun lagi.
"Dengan optimisme ini pada akhirnya dapat meningkatkan daya beli masyarakat," kata Adhi.
Menurut Adhi, sejumlah tantangan masih akan dihadapi oleh pelaku usaha makanan dan minuman yakni terkait bahan baku. Adhi mengatakan, pasokan gula dan garam perlu solusi jangka panjang agar pelaku usaha mendapatkan kepastian dan tidak dihadapkan pada isu pasokan setiap tahun.
Oleh karena itu, pelaku usaha dan pemerintah perlu kerja sama membuat roadmap pemenuhan gula dan garam dengan menyempurnakan aturan impor gula dan garam sebagai solusi jangka pendek. Menurut Adhi, pemerintah sudah berkomitmen untuk memberikan pasokan gula dan garam selama enam bulan ke depan.
"Nanti tinggal kita tunggu saja realisasinya supaya industri makanan dan minuman lebih berdaya saing," kata Adhi.
Adhi menambahkan, berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), rencana investasi industri makanana dan minuman sepanjang 2015 naik sebesar 326 persen atau senilai Rp 184,92 triliun. Di sisi lain, realisasi investasi di sektor tersebut pada triwulan II 2015 hanya mencapai Rp 32,6 triliun. Menurut Adhi, tanpa dukungan kebijakan iklim investasi yang baik maka minat investasi yang tinggi akan sulit direalisasikan.