EKBIS.CO, JAKARTA -- Data ekonomi Cina mendorong laju pasar valuta asing bergerak variatif. Namun, kurs rupiah mampu menguat terhadap dolar AS.
Pelaku pasar merespons data ekonomi Cina dengan sangat beragam. Sebagian pelaku pasar menganggap penurunan yang terjadi wajar. "Atau dengan kata lain dapat ditoleransi sambil berharap adanya stimulus guna merangsang laju pertumbuhan Tiongkok," ujar Kepala Analis Riset PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada, Rabu (20/1).
Dengan minimnya sentimen global, rupiah yang minim sentimen dari dalam negeri tampaknya berhasil memanfaatkan celah yang ada. Dia menilai laju yuan selalu berbarengan dengan pergerakan rupiah di mana jika yuan dan bursa Cina tenang, rupiah pun dapat terkena dampak angin segarnya. Di sisi lain, faktor eksternal dari Cina terus membayangi keputusan para pelaku pasar.
Sebelumnya, Reza menyampaikan, penguatan itu diperkirakan sifatnya masih sementara. Seiring penurunan harga minyak yang berimbas pada komoditas lainnya akan ikut menekan mata uang yang berbasis komoditas seperti rupiah.
"Tren penguatan yang terjadi pada rupiah, kami perkirakan sekaligus berharap dapat kembali berlanjut jika laju dolar AS masih menunjukkan pelemahannya, terutama jika harga minyak mentah mengalami peningkatan," ujarnya. Kemarin, rupiah berada di level Rp 13.852 per dolar AS. Reza masih memperkirakan laju rupiah cenderung menguat terbatas di Rp 14.040-Rp 13.815.