EKBIS.CO, LONDON -- Data Cina menunjukkan pertumbuhan ekonomi negara tersebut melambat, hanya 6,9 persen. Siapa yang akan mengambil kesepatan dari normalisasi bertahap ekonomi Negeri Tirai Bambu tersebut?
Analis Market Watch dan juga kolumnis di sejumlah media ekonomi bergengsi, Matt Lynn menyebut Amerika Serikat dan beberapa negara besar Eropa, seperti Inggris, Perancis dan Italia yang akan mendapatkan aji mumpung dari kondisi Cina. Alasannya, ekonomi negara-negara tersebut bergantung pada aset-aset kekayaan intelektual, barang mewah, kesehatan, pariwisata, juga pendidikan. Raksasa teknologi telah menjadi favorit di pasar saham selama beberapa tahun terakhir.
"Jika ada ekonomi yang bisa tumbuh tujuh persen per tahun, itu adalah sebuah kemenangan. Cina berhasil mencapai angka tersebut selama seperempat abad 1990-2015, namun itu tak mungkin bertahan selamanya," tulis Lynn, dilansir dari Marketwatch, Rabu (20/1).
Ahli Strategi Global di Lombard Odier, Salmad Ahmed menambahkan Cina tak hanya mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi, tetapi bukan berarti negara ini di ambang keruntuhan keuangan. Hal penting untuk diingat adalah perekonomian Cina sedang direstrukturisasi sehingga ada penyeimbangan antara konsumsi dengan investasi.
"Perlambatan Cina kali ini sebagian besarnya adalah refleksi dari transisi ini," ujar Ahmed.
Namun, jika industrialisasi di Cina menjadi pendorong utama perekonomian global selama seperempat abad terakhir, kata Ahmed, munculnya pasar konsumen baru akan menjadi kekuatan dominan selama seperempat abad berikutnya.
Baca juga: Ekonomi Cina Melambat, 5 Industri Ini Justru Untung