EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (BNI) berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 9,1 triliun pada 2015. Nilai ini turun 15,74 persen dari tahun 2014 sebesar Rp 10,8 triliun. Salah satu penyebab yang mengakibatkan penurunan ini, karena masih tinggiya kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL).
"Semester I 2015, NPL kami mencapai tiga persen. Kami kemudian berusaha untuk menurunkan nilai ini namun baru mencapai 2,7 persen. Tapi nilai ini tetap lebih tingii karena di tahun 2014, NPL kami dua persen," ujar Direktur Utama BNI Achmad Baiquni dalam konferensi pers Kinerja Keuangan BNI Tahun 2015, Senin (25/1).
Meski demikian, Baiquni yakin BNI akan segera meningkatan pertumbuhan laba pada kuartal pertama sekitar dua digit. Namun angka dua digit ini masih berada di kisaran belasan persen dengan kisaran 16-18 persen. "Prospek ekonomi di 2016 ini lebih baik dari 2015. Salah satu cara yang akan kita lakukan adalah memperbaiki ekspansi kredit dari tahun 2015," kata Baqauni.
Kredit BNI pada tahun 2015 mengalami pertumbuhan di berbagai segmen, baik bussines banking seperti korporasi, BUMN, usaha menengah dan kecil, maupun konsumer. Kredit ke segmen bussines banking berhasil tumbuh 15,3 persen menjadi Rp 231.1 triliun, dibandingkan tahun 2014 sebesar Rp 200.4 triliun. Komposisi pinjaman tersebut meliputi usaha menengah dan kecil (28,6 persen), korporasi (24,6 persen), BUMN (17,7 persen), dan pembiayaan anak perusahaan dan cabang luar negeri (11,5 persen).
Sementara untuk kredit segmen konsumer, BNI mampu tumbuh 10,6 persen menjadi Rp 57,5 triliun dibandingkan tahun 2014, Rp 52 triliun. Kontribusi terbesar berasal dari BNI Griya (60,2 persen), diikuti kartu kredit (17 persen), kredit konsumer lainnya (15,8 persen), dan Flexi 6,8 persen.