EKBIS.CO, JAKARTA -- Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengatakan, keputusan Ford Motor untuk berhenti beroperasi di Indonesia tidak mempengaruhi investasi industri otomotif di Tanah Air. Menurutnya, daya tarik investasi sektor otomotif di Indonesia masih cukup tinggi.
"Keputusan Ford Motor Indonesia untuk menghentikan kegiatannya bukan sinyal menurunnya daya tarik investasi sektor otomotif," ujar Franky, Selasa (26/1).
Menurut Franky, dari data yang dimiliki oleh BKPM, perizinan Ford Motor Indonesia (FMI) yakni di bidang usaha perdagangan besar, perdagangan impor dan pelayanan purna jual. Selain itu, FMI juga mengajukan perizinan di bidang usaha pemeliharaan dan reparasi mobil.
"Tidak ada perizinan di bidang usaha industri otomotif. Hingga kini, perusahaan juga belum mengajukan belum mengajukan pencabutan atas izin usaha yang dimiliki ke BKPM," kata Franky.
Franky menjelaskan, pada 2015 BKPM mencatat realisasi investasi sektor industri alat angkutan dan transportasi, termasuk di dalamnya otomotif, mencapai Rp 23,57 triliun atau naik 6,5 persen dibandingkan realisasi 2014 sebesar Rp 22,13 triliun. Sedangkan untuk investasi asing yang khusus sektor otomotif, mulai dari perdagangan dan reparasi tercatat mencapai Rp 21,6 triliun atau meningkat 13 persen dari 2014 yakni sebesar Rp 19 triliun.
Franky mengatakan, beberapa waktu lalu dia berkesempatan meninjau proses konstruksi investasi otomotif asal Cina, yakni Wuling. Investasi dengan rencana total sebesar 397,4 juta dolar AS tersebut saat ini sudah terealisasi sekitar 43,5 juta dolar AS. Dia berharap Wuling sudah mulai berproduksi pada 2017 mendatang.
Menurut dia, BKPM siap untuk mengawal masuknya 15 perusahaan komponen yang akan memasok Wuling. Perusahaan tersebut akan diarahkan memanfaatkan layanan izin 3 Jam. Investasi Wuling di Indonesia direncanakan untuk membangun pabrik otomotif untuk kendaraan berjenis MPV dengan kapasitas mencapai 84 ribu dan 36 ribu unit, serta industri penunjang yakni suku cadangnya.
Berdasarkan data International Organization of Motor Vehicle Manufacturers (OICA) rasio kepemilikan mobil di Indonesia yaitu sekitar 77 unit per 1.000 penduduk. Sementara di Malaysia sekitar 397 unit per 1.000 penduduk. Dengan jumlah rasio kepemilkan mobil tersebut menunjukkan bahwa peluang pasar mobil di Indonesia masih sangat besar.
Baca juga: Ini Penyebab Ford tak Bisa Bersaing di Pasar Indonesia