EKBIS.CO, PONTIANAK -- Para petani diperkirakan mengalami kerugian besar jika tidak memakai data BMKG dalam memulai masa tanam selama 2016. Saat ini, masa tanam mengalami gangguan karena pengaruh El Nino belum berakhir.
"Hingga kini, baru 89,8 persen zona yang memasuki musim hujan sejak akhir tahun lalu," ujar Deputi Bidang Meteorologi BMKG Yunus Subagyo Swarinoto dalam diskusi pencegahan kebakaran hutan dan lahan di Pontianak, Selasa (26/1).
Musim hujan ini terlambat, kata dia, karena dampak El Nino. Pada April-Mei, dampak El Nino sudah hilang, bergantilah La Nina yang akan berdampak di wilayah selatan Khatulistiwa selama Juli-September.
"Di musim kemarau Juli-September itu, La Nina akan membuat daerah-daerah di selatan Khatulistiwa tetap basah meski sudah tiba musim kemarau, dan petani yang tidak memanfaatkan data BMKG akan mengalami kerugian," kata Yunus.
Di Juli-September, akan turun hujan secara sporadis hingga memasuki musim penghujan pada Oktober-November. Produk pertanian seperti bawang, kedelai, sayur-sayuran, akan terkena dampak jika penanamannya tidak memperhatikan data BMKG. Demikian juga untuk produksi garam dan tembakau.
Yunus mengatakan, semakin ke wilayah timur di sebelah selatan Khatulistiwa, pengaruh La Nina akan terasa semakin parah basahnya. Yunus berharap, instansi terkait memanfaatkan data BMKG untuk menentukan masa tanam yang tepat di masing-masing wilayah, agar petani terhindar dari kerugian.
Terlambatnya musim hujan kali ini juga sudah mempengaruhi masa tanam padi. "Pengaruh El Nino masih kuat hingga Januari ini. Parah-parahnya musim kemarau kemarin yang sangat kering," kata Yunus.
Dampak, kata Yunus, La Nina akan bagus di wilayah lahan gambut selama musim kemarau 2016. Lahan gambut yang basah di musim hujan akan menghalangi kebakaran hebat lahan gambut seperti yang terjadi di musim kemarau 2015.