EKBIS.CO, JAKARTA -- Ekonom Bank Internasional Indonesia (BII) Juniman menilai efektivitas penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) bergantung pada pendampingan yang diberikan oleh bank penyalur pada usaha mikro kecil menengah (UMKM).
"Bank penyalur terus harus memantau kinerja KUR ini. Begitu dikasih KUR, bank-bank penyalur harus menjadi pendamping dalam mereka berusaha. Supaya mereka bisa berkembang dan jangan sampai usaha mereka tutup dan KUR macet." kata Juniman saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (29/1).
Menurutnya berdasarkan pengalaman di tahun-tahun sebelumnya, terjadinya kredit macet pada KUR akibat kurangnya pendampingan bank penyalur pada industri kecil penerima KUR. Padahal kebanyakan mereka masih pengusaha pemula yang belum memiliki pengetahuan dalam berbisnis.
"Nasabah-nasabah ini perlu adanya pelatihan. Ini kan industri kecil. Apakah dikasih pelatihan industri atau manajemen agar usaha mereka bisa maju dan penyaluran KUR lebih efektif," ujarnya.
Kendati begitu, ungkap dia, bank-bank penyalur tidak bisa melakukannya sendirian. Bank penyalur harus bekerja sama dengan Kementerian Koperasi dan UMKM untuk melakukan pelatihan dan pengembangan industri UMKM.
"Bank tidak bisa sendirian. Karena itu cost, biaya bobot bank. Tentunya pemerintah juga harus menyiapkan program, siapkan tenaga-tenaga ahli, prioritaskan industri apa yang harus dikembangkan untuk penyaluran KUR," ungkap dia.
Selama ini, kata dia, pihak kementerian memang sudah memiliki program untuk penerima KUR. Namun, ia berharap lebih diintensifkan. Serta wilayah penyaluran dan pelatihan untuk industri UMKM ini diperluas ke wilayah lain yang sebelumnya tidak terjamah.
"Diintensifkan lagi di wilayah lain. Selama ini kan masih berkutat di sekitar-sekitar kota besar. Baik kabupaten atau kotamadya. Padahal kan banyak di luar daerah itu yang perlu dapat bimbingan dan KUR," ujarnya.