EKBIS.CO, JAKARTA -- Musim kemarau dan musim penghujan kerap menjadi ancaman bagi para petani. Tapi kini, para petani bisa terbebas dari ancaman kekeringan dan kebanjiran dengan sistem kanalisasi dan pompanisasi.
Sistem tata air tersebut sudah diterapkan di Desa Pelabuhan Dalam, Kecamatan Pemulutan, Sumatera Selatan. Desa Pelabuhan Dalam menjadi area percontohan tata kelola air yang dikembangkan produsen beras Topi Koki.
Meski sekarang sudah masuk musim penghujan dan banyak areal sawah di beberapa daerah yang kebanjiran, petani di Desa Pelabuhan Dalam tetap bisa melakukan penanaman padi perdana menggunakan sistem kanalisasi dan pompanisasi.
"Sistem kanalisasi dan pompanisasi bisa mengairi wilayah sawah di musim kering atau menyedot kelebihan air di musim hujan," kata Direktur Topi Koki Sukarta Buyung melalui siaran pers, Selasa (16/2).
Sukarta menambahkan, sistem ini menggunakan pompa yang bisa dirakit sendiri dengan biaya terjangkau. Pihaknya juga sangat bersedia menyebarkan serta mengajarkan inovasi ini kepada para petani di daerah lain.
Dia mengatakan, sistem kanalisasi dan pompanisasi sangat cocok di Sumsel yang memiliki karakteristik lahan pasang surut dan rawa lebak. Sukarta meyakini sistem ini mampu menghasilkan panen minimal dua kali dalam setahun sehingga bisa meningkatkan produksi beras Sumsel secara signifikan.
"Hal ini tentunya dapat mendukung program pemerintah dalam hal ketahanan pangan, khususnya menuju swasembada pangan," ucap Sukarta.
General Manager Topi Koki Zainuri menambahkan, sistem tata air ini dipelajari perusahaanya setelah melakukan studi banding ke Vietnam. Menurutnya, sistem ini baru pertama kali diterapkan di Sumsel.
"Sistem ini sangat efektif menghadapi masalah pertanian di Sumsel yang sebagian besar wilayahnya merupakan rawa lebak dan pasang surut," ujar dia.