EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menyebut telah melakukan antisipasi banjir 2016 sejak jauh-jauh hari. Oleh karena itu, banjir yang saat ini terjadi di sejumlah wilayah dinilai tak terlalu berdampak terhadap lahan persawahan dan produksi pangan.
"Bisa dilihat dari pasokan beras yang melimpah di sejumlah pasar induk, kita sudah cek," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan Gardjita Budi, Selasa (16/2). Stok beras di Pasar Induk Cipinang pada 9 Februari 2016 sebanyak 52.383 ton, naik dua kali lipat dibandingkan periode yang sama Februari 2015 hanya 29.458 ton.
Kementan mencatat stok beras naik 100 persen pada enam pasar sentra beras lainnya di Pasar Tanah Tinggi Tangerang, Pasar Johar Karawang, Caringin Bandung, Dargo Semarang, Bringharjo Yogyakarta, dan Pasar Lamongan Surabaya.
Saat ini, Kementan berfokus pada percepatan tanam sekaligus mengantisipasi gagal panen akibat banjir. Caranya dengan menormalisasi jaringan irigasi, menyiapkan pompa-pompa untuk membuang air dari sawah dan membangun sumur-sumur untuk menyerap air di daerah-daerah rawan banjir. Pompa sudah ada di lokasi-lokasi terdampak banjir karena sebelumnya telah disebarkan pada musim kering 2015.
Sebelumnya, Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan Dwi Iswari mengatakan sejumlah lahan persawahan tergenang air hujan di masa pertanaman Oktober 2015-Maret 2016 (Okmar). Namun, tidak berarti sawah tergenang langsung dinyatakan puso. Padi bisa selamat jika sawah tidak terendam kurang dari tiga hari.
"Jika pucuk padi tidak terendam 5-10 sentimeter pun, dia berpotensi selamat dari gagal tanam atau gagal panen," katanya. Sawah, kata dia, juga tidak terlalu parah diberondong air hujan di 2016 sebab gelombang panas El Nino masih ada di tengah situasi musim hujan.
Berdasarkan perhitungannya, luas panen pada Januari mencapai 460 ribu hektare dan menghasilkan 2,4 juta ton gabah kering giling (GKG). Kemudian pada Februari diperkirakam terjadi panen yang menghasilkan 5 juta ton GKG.