EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan, Indonesia diperkirakan bisa bergabung dalam Kemitraan Trans Pasifik/Trans Pacific Partnership (TPP) pada 2022.
Pasalnya, TPP masih dalam proses ratifikasi oleh 12 negara yang diperkirakan membutuhkan waktu dua tahun. "Mereka sedang ratifikasi dan persiapan semuanya selama dua tahun, setelah berjalan kita baru bisa mengajukan ingin ikut dan belum tentu diterima," ujar Sigit di Jakarta, Rabu (17/2).
Menurut Sigit, apabila Indonesia diterima bergabung dalam TPP maka harus bernegosiasi dengan 12 negara tersebut. Proses negosiasi membutuhkan waktu sekitar dua tahun. Namun, Sigit tidak begitu optimistis negosiasi bisa selesai dalam dua tahun.
"Kalau target ketemu satu negara dalam tiga bulan sekali, berarti negosiasi dengan satu negara membutuhkan waktu satu tahun dan itu paling cepat," kata Sigit.
Sigit mengakui, sejauh ini sektor industri yang paling siap menghadapi TPP adalah tekstil dan sepatu karena memang pangsa pasarnya besar. Untuk sektor ini, Indonesia akan bersaing dengan Vietnam dan Malaysia.
Sigit mengatakan, ada kemungkinan dari 12 negara tersebut tidak sepakat dengan hasil ratifikasi, apalagi TPP ini harus mendapatkan persetujuan dari Parlemen Amerika Serikat. Sigit menambahkan, pemerintah Indonesia sedang mempelajari berkas-berkas TPP dan mempersiapkannya dengan matang.
Baca juga:
Baku Tembak 30 Menit Tewaskan Tujuh Orang
Menlu Bishop Pertanyakan Tujuan Cina Reklamasi Pulau