EKBIS.CO, JAKARTA -- Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) Elisa Sinaga mengatakan, pelaku industri keramik masih menantikan kepastian penurunan harga gas industri agar dapat kembali meningkatkan produksi dan penjualan. Pada 2015 lalu, industri keramik nasional mengalami penurunan sebesar 30 persen.
"Kepastian harga gas ini berpengaruh untuk industri agar bisa terus survive, karena di tengah situasi yang sulit ini banyak industri yang mengurangi produksi," ujar Elisa di Jakarta, Kamis (17/3).
Dalam paket kebijakan ekonomi III yang diluncurkan September 2015, pemerintah menjanjikan untuk mengurangi harga energi, salah satunya yakni harga gas untuk beberapa sektor industri. Penurunan tersebut rencananya diberlakukan pada 1 Januari 2016, namun hingga kini masih belum diputuskan karena ada beberapa peraturan yang perlu dirumuskan secara lebih lanjut.
Menurut Elisa, pemerintah harus memiliki konsistensi terhadap kebijakan yang sudah dikeluarkan tersebut. Di tengah pelemahan ekonomi global yang masih berlangsung, pelaku industri membutuhkan bantuan pemerintah untuk segera membuat keputusan harga gas industri.
Apalagi, lanjut dia, pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini setidaknya harga gas di Indonesia bisa berdaya saing dengan negara lain dalam satu kawasan. Elisa mencontohkan di Malaysia harga energi sudah 5 dolar AS dan di Thailand 8 dolar AS, sedangkan di Indonesia masih diatas 9 dolar AS.
Dengan harga gas yang tinggi, maka industri di Indonesia akan kesulitan untuk berdaya saing. "Harga gas diharapkan bisa membuat industrinya survive dulu, jika ekonomi membaik maka tinggal mengikuti saja dan akan mudah meningkatkan produksi," kata Elisa.
Baca juga: Tak Pakai Uang APBN, PGN Tambah 110 Ribu Sambungan Gas Rumah Tangga