EKBIS.CO, JAKARTA -- Pembangunan perikanan budi daya terus digulirkan hingga Indonesia bagian Timur. Salah satunya adalah di Nusa Tenggara Timur (NTT), di mana produksi perikanan budidaya di NTT mencapai 1,89 juta ton, dengan sebagian besar adalah berasal dari rumput laut.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto menjelaskan, kondisi alam di wilayah NTT sangat cocok untuk pengembangan budi daya rumput laut. Ia menilai, potensi alam NTT bisa mendukung budi daya rumput laut mulai dari penyediaan kebun bibit, sampai dengan budidaya dan penjemurannya, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Tak hanya rumput laut, perikanan budi daya air tawar seperti lele dan nila juga dinilai mampu mendukung ketahanan pangan.
"Ini harus benar-benar direncanakan pengembangannya sehingga menjadikan NTT salah satu sentra rumput laut nasional dan dapat mendukung ketahanan pangan dan gizi masyarakatnya," ujar Slamet melalui siaran pers, Ahad (20/3).
Untuk mendukung peningkatan produksi rumput laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) mengembangkan bibit rumput laut kultur jaringan (kuljar). Ia menjelaskan, peningkatan kualitas rumput laut salah satunya melalui penyediaan bibit kuljar. DJPB pada tahun 2015, telah membangun 3 (tiga) laboratorium kuljar di Lampung, Takalar dan Lombok. Tahun ini, ujarnya, akan di tambah lima laboratorium lagi di Aceh, Batam, Jepara, Situbondo, dan Ambon.
"Ini untuk menjamin ketersediaan bibit kuljar dan menjaga kualitas rumput laut yang dihasilkan. Kita harapkan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT, juga menyiapkan anggaran untuk mendukung pembangunan laboratorium kuljar ini, karena mengingat NTT merupakan sentra budidaya rumput laut," ujar Slamet.
Slamet mengatakan, budi daya bandeng juga memiliki potensi untuk dikembangkan di NTT, khususnya di Belu. Ia mengatakan produksi bandeng dari Belu saat ini mengandalkan benih dari alam. Olah karena itu, kata dia, perlu diingat bahwa tidak boleh di eksploitasi secara berlebihan. Masyarakat dan nelayan diminta untuk menjaga keseimbangan alam. Budi daya bandeng di Belu dinilai sangat mendukung untuk peningkatan perekonomian di perbatasan.
"Kita harus menunjukkan kedaulatan dan kemandirian kita, dalam hal penyediaan pangan," kata Slamet.