EKBIS.CO, JAKARTA -- Corporate Secretary PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Hari Siaga mengatakan, diperlukan langkah-langkah yang tepat untuk menurunkan suku bunga kredit ke single digit. Langkah-langkah tersebut telah dilakukan oleh BRI sejak 2015.
Sebelumnya ekonom berpendapat jika penurunan suku bunga kredit ke single digit akan berbahaya bagi sektor UMKM. Meski begitu, menurut Hari hal tersebut bisa dilaksanakan secara bertahap. Apalagi ini terkait dengan overhead cost.
"Yang namanya UMKM kan padat karya. Kalau kita seperti BRI yang portofolionya UMKM sekitar 75 persen, sebarannya kan harus luas. Kalau sebarannya luas pasti unit kerjanya banyak dan sampai pelosok,"ujarnya pada Republika.co.id, Selasa (22/3).
Selain sebaran yang luas, padat karya juga berkaitan dengan banyak orang. UMKM, kata Hari, tidak mungkin dilayani oleh satu dua orang seperti korporasi. Menurutnya, untuk dapat melaksanakan ini, harus dilakukan secara bertahap, sehingga pada saatnya nanti bank telah siap. Caranya, pertama, perbankan sudah melakukan efisiensi.
Hari menjelaskan, efisiensi bisa dilakukan dengan memperbaiki struktur dana, supaya mendapatkan dana murah. Sehingga cost of fund atau biaya dana akan rendah.
"Kalau CASA (current account saving account) tinggi, dana murah tinggi otomatis cost of fund akan rendah tuh," katanya.
Kedua, BRI juga perbankan lainnya harus menjaga agar risiko Non-performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah dijaga, supaya tidak menambah biaya. Ketiga, untuk menyeimbangkan margin yang dikurangi tadi, maka volume harus ditambah.
"Supaya pendapatan kita juga masih mengimbangi dengan adanya penurunan margin. Keempat, tentunya kita juga harus melakukan pengembangan yang lain,meningkatkan pendapatan fee based income, untuk mempertahankan pendapatan yang ujungnya adalah laba BRI," jelasnya.
Menurut Hari, langkah-langkah tersebut telah dilakukan oleh BRI bahkan sebelum pemerintah mengeluarkan aturan untuk menurunkan suku bunga agar dapat bersaing dengan negara ASEAN lainnya. Hal ini terbukti pada Desember 2015 lalu, CASA BRI sebesar 59,2 persen.
"Artinya dana pihak ketiga didominasi oleh dana murah. Itu kan udah menekan cost of fund kita. NPL kita relatif rendah. Tahun lalu rendah, mikro rendah. Fee based income meningkatnya cukup tinggi juga, bahkan tahun ini target tumbuh 10 persen. Jadi ini sudah kita persiapkan sebelumnya dari ada regulasi pemerintah," tuturnya.