EKBIS.CO, JAKARTA -- Industri pelayaran nasional ikut terimbas pelemahan ekonomi global, khususnya perlambatan ekonomi Cina. Belum lagi, penurunan harga komoditas di pasar dunia ikut memukul pelaku usaha logistik serta pelayaran yang pada tahun-tahun sebelumnya menjadi salah satu motor penggerak perekonomian nasional.
Ketua Asosiasi Pemilik Kapal Nasional Indonesia (INSA) Carmelita Hartoto mengungkapkan, apa yang terjadi saat ini berkebalikan dengan kondisi pada kurun 2000 hingga 2009 di mana saat itu industri tumbuh signifikan. Bahkan, kata dia, kapasitas angkutan kontainer dunia tumbuh tiga kali lipat. Kontribusi industri pelayaran terhadap perekonomian global kala itu mencapai 90 persen.
"Pertumbuhan ekonomi di Cina sejak awal merupakan salah satu faktor utama dari perkembangan industri pelayaran tersebut. Seperti kita ketahui, Cina merupakan negara dengan ekonomi terbesar kedua, dan negara eksportir terbesar di dunia," kata Carmelita saat Rakernas INSA, di Jakarta, Senin (16/5).
Namun, kata Carmelita, krisis ekonomi tiba-tiba melanda Eropa pada 2008 dan terus menjalar di seluruh dunia. Hal itu ditambah krisis ekonomi global dan perlambatan ekonomi Cina dalam tiga tahun terakhir membuat perdagangan dunia mengalmi penurunan drastis dan industri pelayaran pun juga ikut tergerus.
"Di tahun lalu ekonomi Cina tumbuh 6,8 persen, banyak ekonom melihat pertumbuhan ekonomi melambat sampai 6,5 persen. Sejujurnya, tak hanya industri pelayaran tetapi ekonomi sejumlah negara berkembang terkena dampak dari perlambatan yang terjadi di Cina tersebut," katanya.
Carmelita mengakui dunia pelayaran kian tertekan dengan harga minyak dunia yang mencapai titik terendah dalam sejarah. Pelaku usaha bahkan masih dihantui dengan berlanjutnya kondisi ini, di mana penurunan harga minyak dunia tersebut diperkirakan masih akan terus berjalan beberapa waktu ke depan.
Menurutnya, dunia pelayaran terkapar dan di ambang krisis terbesar. Dalam sebuah laporan indeks perkembangan industri dunia, sambungnya, industri pelayaran global menunjukkan penurunan drastis sejak Januari 2014.
"Sejumlah perusahaan raksasa pelayaran dunia mengalami kerugian besar, kapasitas angkut turun sehingga melakukan PHK besar-besaran. Industri pelayaran tidak imun dengan krisis ekonomi global," ujarnya.
Menghadapi berbagai tantangan tersebut, Carmelita meminta agar konsep poros maritim yang diusung Presiden Joko Widodo dengan mengubah arah kebijakan pemerintah dari berbasis darat (land base) menjadi basis maritim (maritime base) bisa segera diwujudkan.
"Di tengah kondisi dunia usaha yang berat seperti saat ini, langkah Pemerintah tersebut merupakan angin segar bagi dunia usaha pelayaran pada khususnya dan bagi perekonomian nasional secara umum," katanya