EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan, thorium dapat menjadi salah satu sumber energi baru untuk mendukung pembangkit listrik. Menurutnya, pembangkit listrik thorium lebih unggul dari PLTU batu bara karena biaya produksinya lebih murah, ramah lingkungan, dan memiliki kapasitas lebih besar.
"Energi sangat diperlukan karena menentukan produksi dan kekuatan daya saing industri," ujar Saleh di Jakarta, Selasa (24/5).
Kementerian Perindustrian mencatat, sektor industri menyerap energi terbesar yakni sebesar 39 persen dari total penggunaan energi nasional. Pemenuhan energi untuk industri tersebut mustahil dapat dipenuhi oleh sumber energi fosil yang diperkirakan akan habis pada 60 tahun mendatang.
Saleh menjelaskan, pembangkit listrik thorium lebih efisien ketimbang batu bara dan uranium. Untuk menghasilkan 1.000 MW per tahun dibutuhkan batu bara sebesar 3,5-4 juta ton. Sementara, thorium mampu menghasilkan kapasitas produksi listrik tersebut hanya dengan volume sebesar tujuh ton. Diperkirakan, sumber daya thorium di Indonesia mencapai 140 ribu ton. Apabila sumber energi ini digunakan dengan baik, maka Indonesia siap menjadi negara dengan ketahanan energi dan mampu memasok energi listrik secara internasional.
"Ada lima daerah potensial yang dapat dikembangkan menjadi kawasan industri berbasis thorium yakni Bangka Belitung, Batam, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Barat," kata Saleh.
Saat ini kapasitas listrik terpasang di Indonesia sekitar 210 watt sedangkan Malaysia sudah 980 watt, Thailand 802 watt, dan Singapura 2028 watt. Dengan perkiraan populasi 300 juta penduduk pada 2025, maka Indonesia harus mampu mengejar target dengan pertumbuhan kapasitas listrik terpasang nasional sebesar 10 GigaWatt per tahun.