EKBIS.CO, JAKARTA -- Teknologi pembangkit listrik tenaga thorium sedang dikembangkan di Amerika Serikat, Kanada, Belanda, Perancis, dan Cina. Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Kementerian Perindustrian Harjanto mengatakan beberapa BUMN Indonesia yang dimotori oleh PT Industri Nuklir Indonesia juga sudah melakukan kerja sama dengan perusahaan Amerika Serikat untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga thorium.
"Kerja sama tersebut yakni untuk pengembangan dan pembangunan pembangkit listrik tenaga thorium yang diharapkan mulai beroperasi pada 2022," ujar Harjanto di Jakarta, Selasa (24/5).
Harjanto menambahkan, thorium merupakan limbaah radioaktif yang hanya ditimbun dan belum dimanfaatkan sebagai hasil pemurnian dari timah, monazite, titanium, dan zirkon. Apabila thorium dimanfaatkan maka dapat menjadi implementasi paradigma waste to energy.
Harjanto mengatakan, pemerintah, pelau usaha dan pemangku kepentigan mesti mencermati negara-negara di ASEAN dan Asia yang saat ini terus menggenjot pasokan energi listrik demi penguatan daya saing industri. Saat ini Cina sudah mengoperasikan 32 unit PLTN dan sedang membangun 22 unit PLTN lagi. Sedangkan, negara-negara berkembang seperti Bangladesh, Vietnam, Malaysia, Yordania, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Kuwait telah memulai perencanaan pembangunan PLTN.
Vietnam sudah memulai pembangunan PLTN yang akan beroperasi pada 2020 dan Bangladesh baru saja menandatangani kontrak pembangunan PLTN. Sementara, Malaysia sudah memiliki roadmap untuk mulai membangun pembangkit listrik pada 2030.
Menteri Perindustrian Saleh Husin menegaskan, Indonesia harus cepat bertindak untuk mengantisipasi perubahan tersebut terutama dalam perdagangan bebas. Hal ini dapat dimulai dengan menyatukan tekad untuk memulai perencanaan pembangunan pembangkit listrik tenaga thorium agar dapat menanggulangi potensi kelangkaan energi pada 2025 mendatang.
"Diharapkan kita bisa memanfaatkan potensi thorium untuk membangin industri yang kuat, mandiri, dan berdaya saing," kata Saleh.