Ahad 29 May 2016 01:04 WIB

Impor Bawang Merah, Pemerintah Dinilai tak Saling Percaya

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Karta Raharja Ucu
Anggota Ditpolair Polda Jambi memeriksa barang bukti tangkapan bawang merah selundupan saat akan diamankan ke Markas Unit Patroli Angsoduo Ditpolair Polda Jambi di tepian Sungai Batanghari, Kasang, Jambi, Senin (25/4).
Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Anggota Ditpolair Polda Jambi memeriksa barang bukti tangkapan bawang merah selundupan saat akan diamankan ke Markas Unit Patroli Angsoduo Ditpolair Polda Jambi di tepian Sungai Batanghari, Kasang, Jambi, Senin (25/4).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Anggota Komisi IV DPR RI, Ibnu Multazam menilai, tidak ada rasa saling percaya antarpemerintah, khususnya Kemenko Bidang Perekonomian dengan Kementerian Pertanian (Kementan). Penilaian tersebut merujuk pada rencana Kemenko Bidang Perekonomian yang berencana impor sejumlah kebutuhan bahan pokok, seperti bawang merah dan daging sapi.

Padahal berdasarkan data Kementan, stok bawang merah di gudang-gudang Bulog melimpah. "Kementan itu kan bagian dari pemerintah. Kemeko Perekonomian juga pemerintah. Masak pemerintah dan pemerintah tak percaya? Kalau datanya yang disampaikan itu memang kebutuhan bawang merah melimpah, kan datanya dari BPS," kata dia kepada Republika.co.id, Sabtu (28/5).

Ibnu mengusulkan, sebelum ada keputusan impor, konsolidasi antarkementerian harus benar-benar selesai. Selain itu, ia berujar, pemerintah harus mencari solusi tentang rantai pasok bawang merah yang dinilai kerap bermasalah.

"Bagaimana rantai pasok kok bisa mahal sekali di negeri ini. Sejak dulu nggak pernah selesai, bertahun-tahun begitu terus. Petani juga menanam lagi, tapi tak mendapatkan harga yang sesuai. Begitu terus," tutur Ibnu.

Ia mengingatkan, keputusan impor bawang merah akan berdampak pada petani komoditas itu. "Karena kalau harganya terlalu rendah di produksi, harganya berdampak pada petani. Meraka kan tak untung menanam bawang merah," jelasnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement