EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli akan merancang konsep jembatan udara logistik sebagai konsep lanjutan tol laut guna menekan harga kebutuhan pokok di Kawasan Timur Indonesia.
Rizal meminta Deputi III Bidang Koordinasi Infrastruktur Kemenko Kemaritiman Ridwan Djamaluddin untuk segera merancang konsep jembatan udara logistik sebagai lanjutan program tol laut.
"Kami akan minta Pak Deputi Ridwan merancang konsep jembatan udara logistik. Istilahnya tol laut berhasil, harga di pelabuhan memang turun, tapi di pedalaman, pegunungan, belum turun karena transportasinya belum memadai," ujarnya seusai rapat koordinasi tentang tol laut di Jakarta, Senin (30/5).
Menurut Rizal, tol laut telah berhasil menurunkan harga kebutuhan pokok di Indonesia timur, khususnya di Kepulauan Maluku hingga 49 persen. Namun, diakuinya untuk mencapai wilayah pedalaman atau pegunungan masih begitu sulit karena tidak ada dukungan transportasi yang baik sehingga harganya masih cukup tinggi. "Ini akan dirancang, memang perlu subsidi supaya harganya turun," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ridwan mengaku akan segera merancang konsep jembatan udara logistik yang diinstruksikan Rizal Ramli. Menurut dia, dampak tol laut dalam menekan harga kebutuhan pokok memang belum dapat dirasakan hingga ke daerah pedalaman sehingga harus ada konsep multimoda.
Pihaknya akan berkoordinasi dengan TNI untuk bisa memanfaatkan tiga unit pesawat Hercules untuk membantu distribusi barang-barang ke wilayah pedalaman. "Kami sudah melakukan simulasi untuk mengangkut semen ke Puncak Jaya yang harganya mencapai Rp 1 juta per sak, diangkut pakai Hercules dari Sorong," ujarnya.
Di Jakarta, kata Ridwan, harga semen sekitar Rp 65 ribu per sak, namun harganya naik hingga dua kali lipat hingga Rp 125 ribu per sak ketika tiba di Sorong dan mencapai hingga Rp 1 juta per sak di Puncak Jaya.
"Hercules itu daya tampungnya 13,5 ton. Kalau berangkat PP (pergi pulang) tiga jam biayanya Rp 30 juta, maka dihitung simulasi harganya di Puncak Timika bisa jadi Rp 375.000-Rp 500.000 per sak," ujarnya.
Kendati belum menghitung biaya operasional secara detil, Ridwan mengatakan konsep utamanya adalah agar mengerahkan semua aset negara untuk kepentingan publik. "Toh itu juga bisa dimanfaatkan untuk memanaskan mesin pesawat, juga bisa menekan harga semen, misalnya, dari Rp 1 juta menjadi Rp 500 ribu," ujarnya.
Ada pun terkait perizinan rute perintis dengan Kementerian Perhubungan, menurut Ridwan, akan diharmonisasikan kebijakannya agar ukuran penerbangan bisa lebih besar. "Jadi konsepnya menekankan agar size penerbangannya lebih besar ke logistik. Berbeda dengan penerbangan perintis penumpang agar bisa lebih efisien," katanya.