EKBIS.CO, JAKARTA -- Toko Tani Indonesia (TTI) didesain permanen untuk memangkas rantai pasok distribusi pangan. Namun, pelaksanaannya belum merangkul para pedagang pasar tradisional. Dalam situasi tersebut, efektivitasnya dalam memengaruhi harga pasar pun diragukan.
Seperti diketahui, pemerintah membangun TTI yang berkantor pusat di Gedung Sentra Promosi dan Pemasaran Produk Pertanian Nusantara (SP4N) Pasar Minggu, Jalan Ragunan P.7, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. TTI akan menjual sejumlah komoditas pangan strategis dengan harga di bawah pasar alias dengan harga sesuai keinginan pemerintah. Dalam rencananya, TTI akan dibangun di empat ribu titik se-Indonesia.
"Pada prinsipnya kita sepakat dengan Kementan untuk membuat TTI. Tapi ketika membuat itu tidak melibatkan pedagang yang berada di bawah naungan UMKM, kita sangat menyayangkannya," kata Presiden Serikat Pedagang Pasar Indonesia (SPPI) Burhan Saidi di Jakarta, Jumat (17/6). Sampai detik ini, SPPI belum diajak kerja sama dalam pelaksanaan TTI, sehingga masih menjual bahan pangan tertentu di pasar dengan harga yang dinilai tinggi.
TTI sampai saat ini belum terlalu memengaruhi tata niaga di pasar tradisional. Sebab, keberadaannya juga belum populer di kalangan konsumen serta keterjangkauannya terbatas. Tapi, TTI berpotensi mengganggu keberlangsungan pasar tradisional ketika ia telah populer dan terbangun efektif di empat ribu titik.
Jika hal tersebut terjadi, Burhan melanjutkan, akan terbentuk pusat pasar baru dengan harga yang lebih menarik karena lebih murah. Nantinya akan terbentuk pusat pasar baru yang hanya menguntungkan pemodal besar. "Pedagang pasar tradisional bukan hanya termiskinkan oleh ritel modern tapi juga oleh pemerintah sendiri," ujarnya.
Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran menyebut, pelaksanaan TTI baik, asalkan merangkul para pedagang di pasar tradisional. Para pedagang selalu terbuka ketika ada tawaran kerja sama menurunkan harga pangan sesuai keinginan pemerintah. Namun, ketika pedagang ingin mengambil barang dari pabrik agar bisa dijual dengan harga sesuai keinginan pemerintah, pihak pabrik tidak bisa memberikannya karena harus mempertimbangkan margin harga produksi dan harga jual. "Kita ingin beli dari pabrikan, gula agar bisa dijual dengan harga Rp 12 ribu per kilogram, tapi kita dikasihnya gula pasir dengan harga beli biasa," ujarnya.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengaku telah dan akan merangkul para petani dan pedagang dalam pelaksanaan TTI. Pedagang yang dirangkul akan dikerjasamakan melalui Kementerian Koperasi dan UKM. Namun, pelaksanaannya berproses karena TTI baru berjalan dua hari. "Ada 20 ribu koperasi mau bergabung, Perhutani siap bangun seribu, PT Pos juga sudah siap bangun toko, termasuk pengusaha," kata Amran.
TTI diharapkan bergerak melalui kekuatan para pedagang pasar. Sebab, merekalah yang dianggap berpengaruh besar terhadap pergerakan harga di pasar. "Sampaikan salam hormat saya kepada pedagang pasar, kita ingin libatkan dalam TTI, caranya langsung mendaftar melalui koperasi," kata Amran.
Amran menyebut, kerja sama dengan pedagang sebenarnya telah dijalin, namun belum secara keseluruhan. Ke depan jalinan tersebut akan terbangun secara berangsur-angsur. Amran menegaskan, pedagang di pasar dapat mendapatkan pasokan pangan tertentu dari TTI. "Untungnya jangan mau besar, tapi berbisnis adalah sedikit untungnya, dikalikan dengan banyaknya barang yang dijual," lanjutnya.
Amran mengimbau pedagang pasar jangan merasa tersaingi dengan keberadaan TTI. Sebab, fungsi TTI yakni membangun sistem pasar baru. Ketika di dalamnya ada pengusaha retail pangan modern, pemerintah selaku regulator hanya memindahtempatkan saja ke TTI. "Cuma karena dia (perusahaan) ikut sistem, dia dapat untung banyak, banyak pembeli, untung sedikit dikalikan banyak, masyarakat senang, petani enggak rugi," ujarnya.