EKBIS.CO, DUBAI -- Iran telah setuju untuk membeli 100 pesawat penumpang dari produsen pesawat terbang asal AS, Boeing. Apabila berjalan lancari, kesepakatan itu adalah yang pertama kali dilakukan sejak terjadinya revolusi Iran 1979 yang membuat hubungan kedua negara memburuk.
Menurut organisasi penerbangan sipil Iran Ahad (19/6) hal itu merupakan langkap positif karena Boeing sejauh ini hanya bisa memamerkan produknya ke Iran. Sedangkan rival utamanya, Airbus telah terlebih dahulu sukses menjual 118 jet senilai 27 miliar dolar AS.
Kesepakatan ini tinggal menunggu persetujuan otoritas keuangan AS guna memuluskan transaksi penjualan. Diharapkan pesanan ke-100 unit itu akan segera terwujud dalam waktu dekat, apalagi kebutuhan pesawat penumpang bagi Iran sudah sangat mendesak. "Dari 250 pesawat penumpang yang ada, sekitar 230 harus segera diganti," kata Ali Abedzadeh, pimpinan organisasi penerbangan sipil Iran.
Namun tidak dijelaskan sampai kapan batas waktu persetujuan dari otoritas keuangan AS itu dikabulkan. "Masalahnya kini hanya menyangkut ijin dari departemen keuangan AS saja," katanya.
Sejauh ini Iran telah menjelma menjadi pasar penerbangan yang menggiurkan setelah Airbus menjalin kesepakatan bisnis senilai 25 miliar dolar AS. Sedangkan Boeing sendiri terganjal oleh sikap hati hati pemerintah AS.
Kalangan politisi AS telah mengingatkan Boeing untuk tidak melakukan kesepakatan bisnis dengan Iran, terutama selama masa pemilihan presiden AS berlangsung. Di sisi lain, Boeing juga harus menggunakan mata uang selain dolar AS apabila hendak melakukan transaksi ke sejumlah negara guna menghidari risiko dakwaan hukum di AS.
Kantor berita Iran, IRNA yang mengutip keterangan Maqsoud Asadi Samani, sekretaris asosiasi penerbangan Iran Airlines menyebutkan Boeing telah menawarkan sejumlah tipe pesawat seperti Boeing 737, 777 dan 787. Sejauh ini Iran masih mengoperasikan 60 pesawat produk Boeing yang dibeli semasa pemerintahan Syah Reza Pahlevi, sebelum terjadinya revolusi Iran.