EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah akan membuat peraturan baru mengenai pengenaan cukai untuk botol plastik yang berisi minuman. Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto mengatakan, pengenaan cukai untuk minuman dengan botol plastik perlu dipikir ulang. Sebab berapapun nilai cukai yang dikenakan bakal berpengaruh besar pada industri yang bersangkutan.
"Tadi saya sampaikan (kepada Kementeri Keuangan) pengenaan cukai (minuman berbotol plastik) harus betul-betul hati-hati. Karena itu bisa mempengaruhi langsung terhadap khususnya industri Mamin (makanan dan minuman), yang memang tidak lepas dari kemasan plastik," ujar Panggah ditemui di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (27/6).
Panggah menjelaskan, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang menyebut bahwa cukai ini berkaitan dengan isu lingkungan memang relevan. Namun hal ini sebenarnya tidak harus ditekankan pada pembayaran cukai minuman berbotol plastik, melainkan dengan penanganan masalah lingkungan yang menjadi urgensi. Artinya pemerintah harus lebih serius melakukan perbaikan lingkungan dengan skema lain ketimbang menarik cukai dari pelaku industri.
Apalagi selama ini industri makanan maupun minuman (Mamin) sebenarnya sudah cukup mengalami kesulitan dalam hal bahan baku. Untuk minuman saja, industri harus banyak melakukan impor gula karena industri dalsm negeri masih kesulitan melakukan pengadaan.
"Apalagi kalau ditambah masalah cukai, ya bisa menambah persoalan di industri Mamin. Syukur masih bisa tumbuh, tapi kan ada batas tertentu dia bisa menanggung beban itu, pada saat tertentu itu bisa drop (industrinya)," ujar Panggah.
Dia menuturkan, sejauh ini industri Mamin telah mengalami pertumbuhan cukup baik dalam kuartal pertama sebesar 7-9 persen. Peningkatan ini menjadi titik balik setelah sebelumnya industri Mamin sempat turun pada 2015.
Saat cukai plastik dikenakan dan harga minuman atau makanan menjadi naik, maka pola masyarakat untuk menggunakan minuman dan makanan olahan dinilai bisa kembali berubah dengan mengkonsumsi makanan dan minuman tradisional atau mengolah sendiri. Perubahan pola ini dipastikan akan membuat pertumbuhan industri Mamin kembali menurun.
Selain berpengaruh pada industri yang mengolah minuman dari botol plastik, maka industri plastik yang membuat botol ini pun bisa berdampak. Industri tersebut bisa saja menurunkan produksi yang berpengaruh pada pengurangan sumber daya manusia (SDM).
"Dampaknya akan besar. Bukan di satu industri saja," ujarnya.
Mengenai insentif atau pemotongan nilai cukai kepada industri Mamin yang bisa melakukan daur ulang produknya, Panggah menyebut bahwa hal ini tetap akan sulit dilakukan industri. Sebab mereka harus mengeluarkan kembali dana untuk membangun tempat daur ulang tersebut.