EKBIS.CO, JAKARTA - Asosiasi Perminyakan Indonesia (IPA) menyebutkan penurunan produksi minyak yang terus berlangsung sampai saat ini dipengaruhi dua faktor. Faktor pertama, yakni penurunan produksi alamiah yang berlangsung di hampir seluruh sumur tua yang ada di Indonesia. Sedangkan faktor kedua adalah adanya pekerjaan pemeliharaan alat produksi minyak yang terpaksa dibatalkan akibat industri hulu yang lesu.
Direktur Eksekutif IPA Marjolijn Wajong menyebutkan, pembatalan beberapa proyek pemboran sangat dipengaruhi oleh penurunan harga minyak satu tahun belakangan. Meti, panggilan akrab Marjolijn, menilai bahwa hal ini lah yang membuat banyak Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) melihat kegiatan pemboran menjadi tidak ekonomis.
Meski begitu, lanjut Meti, ada satu cara yang dipercaya bisa mendongkrak produksi dalam waktu cukup singkat yakni dengan melakukan Enhanced Oil Recovery (EOR). EOR merupakan metode yang digunakan untuk menguras sumur-sumur tua agar produksi tetap terjaga. Ia mengaku, kegiatan EOR saat ini juga terpaksa direm lantaran ikut terpikir melemahnya harga minyak dunia.
Hanya saja, Meti menilai bahwa harus ada dorongan dari pemerintah agar kegiatan EOR ini menarik untuk dijalankan oleh para kontraktor. Ia mengaku saat ini pihaknya tengah menyusun bentuk apa saja yang bakal diajukan kepada pemerintah agar kegiatan EOR bisa meningkat.
"Tapi saya rasa pemerintah, dalam hal ini SKK Migas (Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi) menyadari kok, soal kendala EOR ini. Dan sepertinya mereka sedang mempertimbangkan untuk membuat EOR cukup menarik," ujar Meti, Kamis (30/6).
Ia menambahkan, mesti pada saat ini kegiatan EOR sudah masuk dalam cost recovery, masih diperlukan sejumlah dorongan dari pemerintah kepada KKKS agar produksi bisa bertahan atau justru meningkat.
"Sekarang sedang kami lihat insentif apa yang bisa diberikan," ujarnya.
Penerapan EOR dalam jangka waktu menengah di percaya bisa mendongkrak produksi lebih cepat dibanding harus melakukan pemboran sumur yang baru.