EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat rokok kretek filter masih mendominasi sebagai kelompok komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar kedua setelah beras terhadap garis kemiskinan.
"Rokok tidak menyumbang kalori, tapi tetap harus dihitung sebagai pengeluaran," kata Kepala BPS Suryamin dalam konferensi pers tentang profil kemiskinan Indonesia Maret 2016 di Jakarta, Senin (18/7).
Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua setelah beras terhadap garis kemiskinan, yaitu sebesar 9,08 persen di perkotaan dan 7,96 persen di perdesaan. Metode untuk menghitung garis kemiskinan terdiri dari dua komponen, yaitu garis kemiskinan makanan (GKM) dan garis kemiskinan bukan makanan (GKBM). Garis kemiskinan makanan merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilo kalori per kapita per hari.
BPS memasukan rokok sebagai salah satu jenis komoditi dalam komponen garis kemiskinan makanan. Diketahui pula bahwa peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peran komoditi bukan makanan. Sumbangan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan pada Maret 2016 sebesar 73,07 persen.
Jenis komoditi makanan yang berpengaruh terbesar terhadap garis kemiskinan di perdesaan dan perkotaan di antaranya beras, rokok, telur ayam ras, gula pasir, mie instan, bawang merah, dan roti. Sementara komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar baik pada garis kemiskinan perkotaan dan perdesaan adalah perumahan, listrik, bensin, pendidikan, dan perlengkapan mandi.
Secara nasional, BPS mencatat garis kemiskinan di Indonesia naik sebesar 2,78 persen, yaitu dari Rp 344.809 per kapita per bulan pada September 2015 menjadi Rp 354.386 per kapita per bulan pada Maret 2016.
Baca juga: Inflasi Rendah Dinilai Turunkan Angka Kemiskinan di Awal Tahun