EKBIS.CO, BOGOR -- Ketua Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) Pusat Suharyo Husein mengatakan, singkong harus menjadi komoditas strategis nasional setara pajale atau padi jagung dan kedelai.
"Harusnya Menteri Pertanian menjadikan singkong sebagai komoditas strategis nasional seperti pajale," kata Suharyo dalam diskusi tentang pengelolaan pascapanen ubi kayu di Indonesia yang diselenggarakan LIPI di Bogor, Jawa Barat, Kamis (21/7).
Ia mengatakan, potensi singkong Indonesia sangat besar, hanya saja tidak mendapat dukungan kuat sehingga produksi masih rendah belum mampu mencukupi permintaan pasar. Singkong merupakan tanaman pangan dan perdagangan.
Sebagai tanaman perdagang, singkong menghasilkan starch, gaplek, tepung singkong, tepung mocaf, ethanol, gula cair, sorbitol, monosodium, glutamat, tepung aromatik dan pellet. "Singkong saat ini diperebutkan kegunaannya terutama untuk pangan, industri dan energi," katanya.
Secara nasional menurut data BPS (2003-2013) produksi, luas panen dan hasil singkong di Indonesia rata-rata pertumbuhan pertahun 2,66 persen. Pada 2013, produksi mencapai 23.936 ton, dengan pertumbuhan 5,55 persen, luas panen 1.0065,7 hektare, hasil kw/ha 224.
Ia mengatakan MSI memiliki visi Singkong sejahtera bersama. Karena singkong cukup potensial dikembangkan. Indonesia merupakan produsen singkong terbesar ketiga di dunia setelah Nigeria dan Thailand. "Setidaknya ada 12 produk berbasis singkong yang diperdagangkan saat ini," katanya.
Untuk meningkatkan produktivitas singkong, MSI mengembangkan model klaster industri agro singkong terpadu. Manfaat klaster dapat meningkatkan pendapatan petani Rp 5 juta sampai Rp 15 juta per bulan. Mensejahterakan keluarga petani dan pelaku agribisnis singkong lainnya.
"Singkong dapat membuka lapangan pekerjaan bagi buruh tani, pemuda pedesaan, menekan angka kemiskinan, menekan angka kriminalitas di pedesaan, memberikan keuntungan signifikan kepada investor," katanya