Selasa 26 Jul 2016 14:17 WIB

Sri Mulyani: Negara Berkembang Alami 'Perfect Storm'

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Achmad Syalaby
  Mantan menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati bersaksi dalam persidangan kasus Bank Century dengan terdakwa Budi Mulya di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Jumat (2/5). (Republika/Agung Supriyanto)
Mantan menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati bersaksi dalam persidangan kasus Bank Century dengan terdakwa Budi Mulya di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Jumat (2/5). (Republika/Agung Supriyanto)

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Pelemahan ekonomi global khususnya negara maju saat ini memperlihatkan dampak signifikan terhadap sejumlah negara penunjang yang notabene adalah negara emerging market. Negara seperti Cina, Amerika, dan Rusia yang menjadi market terbesar ekspor negara berkembang justru mengalami perlambatan ekonomi.

Managing Director and Chief Operating Officer Bank Dunia Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pelemahan perekonomian dunia yang masih terjadi pada 2016 membuat prediksi Bank Dunia melakukan revisi proyeksi pertumbuhan dunia. Dari proyeksi di angka 2,9 persen pada Januari, Bank Dunia kemudian melakukan revisi menjadi 2,4 persen pertumbuhan dunia pada Juni.

"Melambatnya pertumbuhan ekonomi di Cina dan perubahan struktural ekonomi di sana sangat memengaruhi pertumbuhan seluruh dunia," kata Sri Mulyani‎ dalam diskusi di kampus Universitas Indonesia, Depok, Selasa (26/7).

Perempuan yang akrab disapa Bu Ani ini menjelaskan, dirinya baru berkunjung ke Argentina untuk melihat kondisi perekonomian di negara tersebut. Hasilnya, pelemahan Argentina cukup merosot belakangan ini. Sebab, Argentina selama ini melakukan ke Cina sebesar 35 persen dari jumlah ekspor mereka.

Kondisi yang sama sebenarnya terjadi di sejumlah negara berkembang yang selama ini menopang Cina dalam hal komoditas. Negara-negara Amerika Latin, Afrika, Asia Tengah, dan Asia Tenggara termasuk Indonesia juga mulai keteteran melakukan ekspor komoditasnya. Sebab, Cina selama ini memberikan andil 11 persen dari total ekspor Indonesia.

Menurut mantan Menteri Keuangan RI ini, selama dua dekade terakhir negara-negara berkembang menjadi mesin pertumbuhan dunia. Sayang pertumbuhan ini kemudian terhambat dan mulai menghadapi tantangan berat. "Ibarat badai yang datang bersamaan secara sempurna atau perfect storm," kata Ani.

Dia menjelaskan, perfect storm terjadi karena melemahnya ekonomi dan perdagangan dunia, perlambatan, dan perubahan struktural ekonomi Cina, rendahnya harga komoditas, serta menurunnya aliran modal ke negara berkembang. Selain itu, ‎meluasnya konflik dan serangan teroris ditambah perubahan iklim global memicu pelemahan ekonomi semakin besar.

Hasilnya, negara-negara pengekspor komoditas yang memiliki jutaan penduduk miskin mengalami pukulan paling keras. Bahkan, 40 persen revisi penurunan ekonomi dunia berasal dari kelompok negara ini.

Meski demikian, pelemahan ekonomi dunia ini sebenarnya masih bisa terselesaikan dengan cepat. Dengan kondisi ini, semua negara harus mengeratkan kerja sama dan menguatkan kinerja bersama. 

Koordinasi kebijakan antarnegara juga diperlukan agar ada sinkronisasi. Kerja sama ini diyakini dapat membangun kembali kepercayaan dan menghilangkan halangan perdagangan dan investasi untuk menunjang produktivitas serta memulihkan pertumbuhan ekonomi semua pihak.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement