EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Syariah Mandiri (BSM) mencatat pertumbuhan laba bersih 26,7 persen menjadi Rp 168 miliar pada Juni 2016 dari Rp 132 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara laba operasional sebelum pencadangan naik 48,9 persen dari Rp 322 miliar menjadi Rp 479 miliar. BSM optimistis laba bersih di akhir 2016 bisa mencapai Rp 300 miliar.
Direktur Utama BSM, Agus Sudiarto menjelaskan, BSM masih terus mengimplementasikan rencana perusahaan 2016-2020 pada transformasi bisnis, organisasi , dan budaya korporasi. Di sisi bisnis, berbagai upaya konsolidasi yang dilakukan dinilai mulai menunjukkan hasil.
Secara keseluruhan dari Juni 2015 ke Juni 2016, aset BSM tumbuh 7,6 persen Rp 67 triliun ke Rp 72 triliun, pembiayaan tumbuh 4,5 persen dari Rp 50,4 triliun menjadi Rp 52,7 triliun, dengan DPK tumbuh 7,8 persen dari Rp 59 triliun menjadi Rp 64 triliun per Juni 2016. Rasio dana murah dari tabungan dan giro (CASA) naik dari 48,5 persen menjadi 49,6 persen dan biaya bagi hasil juga berhasil turun dari Rp 1,3 triliun menjadi Rp 1,2 triliun.
Untuk periode yang sama, NPF turun dari 6,7 persen menjadi 5,6 persen, dengan BOPO yang juga terkendali dari 94,5 persen menjadi 93,63 persen, dan rasio biaya terhadap pendapatan (CIR) juga berhasil ditekan dari 69,87 persen menjadi 63,78 persen.
Sementara rasio pencadangan juga meningkat dari 45,6 persen ke 59,6 persen. Naiknya pencadangan (PPAP), kata Agus, merupakan refleksi konservatifnya BSM. Meski PPAP naik, angkanya masih jauh dibanding induk yang coverage ratio di atas 100 persen. BSM menargetkan PPAP bisa disekitar 60 persen.
''Semua indikator bagus dan positif. PPAP naik karena kami masih konservatif,'' kata Agus dalam paparan kinerja semester pertama 2016 BSM di Kantor BSM, Jakarta, Senin (15/8).
Direktur Keuangan dan Strategi BSM, Agus Dwi Handaya menjelaskan, dengan rasio BOPO dan CIR yang turun, BSM ingin bisnis berjalan lebih efisien tanpa mengurangi kualitas layanan. Hal itu tidak lepas dari aneka insiatif seperti penataan cabang.
Selain efisiensi, hal lain yang berkontribusi pada pertumbuhan laba adalah total pendapatan bersih yang naik 10 persen dari Rp 2,1 triliun menjadi ke Rp 2,3 triliun meski ada tekanan di pendapatan jasa (fee based income). ''Jadi sebenarnya transformasi BSM masih on track,'' kata Agus Dwi.