Selasa 06 Sep 2016 21:27 WIB

Tiga Cara Jitu Semen Indonesia Dongkrak Kinerja

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Budi Raharjo
Direktur Utama Semen Indonesia Rizkan Chandra. (Republika/ Darmawan)
Foto: Republika/ Darmawan
Direktur Utama Semen Indonesia Rizkan Chandra. (Republika/ Darmawan)

EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Semen Indonesia (Persero) Tbk telah menyiapkan berbagai strategi untuk mengatasi penurunan di sektor industri semen. Direktur Utama Semen Indonesia, Rizkan Chandra menjelaskan, hingga Semester I 2016 industri semen masih mengalami penurunan.

"Semester I 2016, industri semen tetap turun. Volume kita bertambah, tapi karena harga turun pendapatan turun, keuntungan turun. Tapi penjualan kami bertambah," ujar Rizkan saat berdiskusi dengan Republika, Selasa (6/9).

Tercatat dalam laporan keuangan Semester I, Semen Indonesia berhasil menjual semen sebanyak 13,63 juta ton, termasuk pemasaran hasil produksi pabrik Thang Long Cement di Vietnam sebanyak 850 ribu ton. Volume penjualan perusahaan semen pelat merah ini naik 1,6 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 13,42 juta ton.

Namun secara nilai, pendapatan usaha Semen Indonesia turun sebesar 1,3 persen menjadi Rp 12,47 triliun dari periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 12,64 triliun. Rizkan menjelaskan, industri semen mengalami penurunan karena kapasitas semen yang berlebih (over capacity), sementara permintaan rendah. Hal ini menyebabkan turunnya harga semen.

Untuk itu, perseroan menyiapkan beberapa strategi agar dapat meningkatkan volume penjualan. Rizkan menyebutkan, strategi tersebut yaitu dengan melebarkan sayap ke regional, meskipun regional pun kelebihan kapasitas. "Semen Indonesia melihatnya paradoks, kita bisa bagus tapi murah. Regional berlebih, tapi Semen Indonesia melebarkan sayapnya ke regional dengan strategi 3 plus 1," ujarnya.

Adapun strategi tersebut, pertama cost transformation yakni perusahaan akan melakukan transformasi pembiayaan untuk menjaga pendapatan dan laba bersih perusahaan. Seperti produk Tiongkok, perseroan akan menetapkan cost lebih rendah namun dengan tetap mempertahankan kualitas.

Kedua, go regional meskipun over capacity. Perseroan akan ekspansi ke daerah yang dinilai membutuhkan semen, atau yang tidak memiliki bahan baku semen. "Daerah tersebut harus berlokasi relatif dekat dengan pabrik. Selain itu, situasi industri di dalamnya masih kondusif, dan terdapat pembangunan yang masih berlangsung," imbuhnya.

Ketiga, perusahaan akan fokus ke industri hilir untuk menyeimbangkan tingginya pasokan dan meredam penurunan penjualan dari over capacity. Selain itu, pihaknya akan mempertahankan branding semen kantong dibandingkan semen curah.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement