Kamis 08 Sep 2016 12:17 WIB

Sri Mulyani Beberkan Sulitnya Tekan Angka Kemiskinan dan Pengangguran

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nidia Zuraya
Potret kemiskinan
Foto: pandega/republika
Potret kemiskinan

EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui sulitnya menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran yang masih menjadi pekerjaan rumah pemerintahan saat ini. Sri menjelaskan, secara historis memang sulit menekan angka kemiskinan di bawah 10 persen.

Capaian pada Maret 2016, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kemiskinan di Indonesia masih tertahan di angka 10,86 persen. Padahal, angka 10 persen merupakan batasan hard core poverty atau kemiskinan kronis.

Sri menyebutkan, sejak kepemimpinan mantan Presiden Soeharto hingga kini, kemiskinan selalu menjadi tantangan besar dalam menjalankan roda perekonomian. Di era Soeharto, misalnya, ia melihat ada hasil yang signifikan diraih oleh pemerintah saat itu untuk menurunkan angka kemiskinan.

Namun semakin ke sini, angka penurunan sulit turun karena memang sudah menyentuh batasan hard core poverty yang butuh upaya ekstra dan berlanjutkan untuk bisa membebaskan 10 persen masyarakat bawah ini dari label miskin.

"Secara historis sulit turun di bawha 10 persen. Lebih sulit dibanding turun dari 11 ke 10 persen. Karena 10 persen itu, tingkat kemiskinan yang lebih dalam dan banyak sekali yang harus dikeroyok untuk naikkan kesejahteraan mereka," ujar Sri dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Rabu (7/9) malam.

Sri menyebutkan, upaya pengentasan kemiskinan tidak sekadar pembahasan anggaran untuk menyokong mereka dari APBN saja. Namun, menurutnya, mengurangi kemiskinan harus lebih difokuskan kepada pemerataan kesempatan dan peningkatan kualitas pendidikan.

Ia menilai, tidak cukup bila semua pihak harus puas dengan porsi anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari APBN. Menurutnya, anggaran yang mencukupi harus dibarengi dengan kualitas pendidikan yang mumpuni. Pendidikan menjadi salah stau kunci utama dalam mengentaskan kemiskinan.

"Itu baru pendidikan. Belum akses kesehatan yang belum (memadai). Belum saya bicara soal kurang gizi. Kita harus belajar untuk teliti, bukan hanya jumlah uang (anggaran), namun bagaimana sentuh masalah sampai ke akar. Makanya peran Pemda sangat penting," kata Sri.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement