Sementara itu, tantangan besar juga datang dari angka pengangguran. Dari pertemuan negara-negara G20 di Cina awal pekan ini, Sri mengungkapkan bahwa masalah ini secara rata juga dihadapi negara-negara lainnya. Tekanan ekonomi global, membuat pertumbuhan ekonomi tidak dibarengi dengan penambahan lapangan kerja secara masif.
"Pengangguran ini dilematis. Terus terang, di G20 nyaris separuhnya bahas ini. Seluruh dunia hadapi pertumbuhan ekonomi namun tidak create job atau jobless growth," katanya.
Hal ini, lanjut Sri, salah satunya disebabkan oleh bergesernya kebutuhan tenaga kerja dari manual oleh tenaga manusia menjadi serba digital. Artinya, beberapa bagian di industri kini sudah bisa dilakukan oleh teknologi robot atau otomatisasi produksi. Perubahan sisi digital economy membuat efisiensi yang menekan penambahan lapangan kerja.
Untuk mengantisipasi hal ini, lanjutnya, pemerintah mengupayakan penciptaan lapangan kerja dengan membuat program padat karya meski masih temporer. Ia menegaskan bahwa sektor swasta memiliki peran penting untuk membuka kesempatan kerja secara permanen dan berkelanjutan.
"Pemerintah bantu buka lapangan kerja. Tapi akan menghadapi APBN yang makin gemuk dan tidak sustain. Jadi membuat dunia usaha punya ruang seluas-seluas menjadi penting bagi pertumbuhan ekonomi," katanya.