EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA menetapkan harga penerbitan saham baru rights issue melalui Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHETD) berkisar Rp 1.525-2.505 per lembar yang akan dilaksanakan akhir Oktober 2016.
"Proyeksi kisaran harga saham rights issue Rp 1.525 hingga setinggi-tinggin Rp 2.505 per lembar, sesuai keputusan Komite Privatisasi yang ditetapkan oleh lima Menteri Kabinet Kerja," kata Direktur Utama WIKA Bintang Perbowo dalam siaran pers di Jakarta, Kamis (22/9).
Menurut Bintang, pertimbangan perseroan mengusulkan kisaran harga penawaran tersebut antara lain berdasarkan Surat Menteri badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia No.S-547/MBU/09/2016 tanggal 22 September 2016 perihal harga pelaksanaan, kisaran jumlah lembar saham, rasio penambahan modal.
Menurut Bintang, aksi korporasi tersebut merupakan tindak lanjut dari persetujuan dalam mendapatkan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 4 triliun yang akan digunakan untuk membiayai berbagai proyek dan infrastruktur perseroan yang kini telah melonjak lebih dari tiga kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Rights issue menjadi sangat penting untuk direalisasikan agar saham pemerintah dan publik tidak terdilusi dari saat ini masing-masing 65,05 persen dan 34,95 persen. "Kami berharap rights issue menyerap dana tambahan Rp 2,149 triliun dari porsi publik sehingga total dana yang akan diperoleh nantinya menjadi Rp 6,149 triliun," ujarnya.
Perolahan dana dari rights issue akan meningkatkan kemampuan finansial perseroan untuk melaksanakan berbagai proyek pengembangan infrastruktur dan meningkatkan daya saing sebagai perusahaan konstruksi dan infrastruktur.
Sejumlah proyek yang dimaksud antara lain antara lain pembangunan jalan tol Soreang-Pasir Koja, jalan tol Manado-Bitung, jalan tol Balikpapan-Samarinda, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Banten 2 x 1.000 MW, PLTU Aceh 2 x 200 MW, dan Water Treatment Plant (WTP) Jatiluhur berkapasitas 5.000/detik.
Hingga September 2016, WIKA memperkirakan perolehan kontrak yang dihadapi mencapai Rp 67,1 triliun, meningkat 345 persen dibandingkan dengan realisasi kontrak pada periode yang sama tahun 2015 sebesar Rp 11,472 triliun.
Keyakinan peningkatan kontrak sejalan dengan kontrak peralihan dari tahun 215 Rp 29,08 triliun, kontrak baru sebesar Rp 13,79 triliun yang meliputi konstruksi Proyek Investasi Kereta Cepat Jakarta-Bandung (High Speed Railway/HSR), Jalan Tol Balikpapan-Samarinda dan Jalan Tol Manado-Bitung sebesar Rp 22,7 triliun.