Rabu 28 Sep 2016 13:10 WIB

Menkeu Yakin Penguatan Rupiah Bisa Tekan Inflasi

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nidia Zuraya
Inflasi, ilustrasi
Foto: Pengertian-Definisi.Blogspot.com
Inflasi, ilustrasi

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Pemerintah meyakini penguatan rupiah hingga hari ini bisa menjadi pengendali inflasi. Alasannya, penguatan nilai tukar rupiah ikut menahan kekuatan domestik terhadap lonjakan harga komoditas impor di negara asal. Artinya, barang impor yang masuk tidak akan membuat mengerek harga-harga di dalam negeri. 

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menjelaskan, ditinjau dari sisi anggaran penguatan rupiah hingga akhir tahun bisa memengaruhi perhitungan penerimaan negara dalam rupiah, terutama dari sektor sumber daya alam. Hanya saja, Sri menilai bahwa di sisi lain penguatan rupiah sekaligus menjaga stabilitas inflasi sehingga tidak akan melonjak tinggi. Alasannya, inflasi impor yang rendah. 

"Masyarakat bisa menikmati keuntungan dari penguatan rupiah meski dari sisi penerimaan di APBN akan ada implikasinya. Namun kalau dikompensasi dengan capital flow yang masuk kita mengharapkan investasi naik," jelas Sri, Rabu (28/9). 

Sedangkan imbas jangka pendeknya adalah bertambahnya likuiditas dan melonjaknya permintaan atas obligasi. Artinya, ketika permintaan SBN meningkat maka harga surat utang akan naik dan berujung pada penurunan tingkat imbal hasil atau yield. 

"Kalau jangka pendek mereka akan masuk surat berharga pemerintah dan yield turun sehingga beban bunga pemerintah menurun. Jadi itu mengkompensasi penerimaan dalam rupiah," kata Sri. 

Sri menambahkan, dalam mengelola anggaran pemerintah terus memonitor segala dinamika perekonomian yang berlangsung baik di dalam atau di luar negeri. Pemerintah, lanjutnya, juga menampung konfirmasi dari masyarakat terhadap jumlah modal yang masuk, persepsi, dan kepercayaan pasar yang bisa meningkatkan modal. 

"Sehingga bisa meneruskan kebijakan yang baik dan prudent karena bisa memberikan dampak positif dari sisi pelaku usaha, masyarakat luas serta market yang menimbulkan dampak positif kepada indikator ekonomi yang harus dikelola secara hati-hati," ujarnya. 

Nilai tukar rupiah mengalam penguatan dalam perdagangan hari ini, Rabu (28/9). Bloomberg melansir, nilai tukar rupiah menguat 21 poin ke posisi Rp 12.934 per dolar AS, dari perdagangan kemarin di angka Rp 12.955 per dolar AS.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah menguat 101 poin ke level 12.926 per dolar AS, dari hari sebelumnya yang sebesar 13.027 per dolar AS.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement