Ahad 02 Oct 2016 07:24 WIB

Pengusaha Keluhkan Lesunya Ekonomi Bali

Rep: Ahmad Baraas/ Red: Nur Aini
Salah satu tujuan wisata di Pulau Bali/Ilustrasi
Foto: www,dephut.go.id
Salah satu tujuan wisata di Pulau Bali/Ilustrasi

EKBIS.CO, DENPASAR -- Ekonomi Bali semakin melesu, dikeluhkan para pengusaha di Kota Denpasar Bali. Lantaran uang yang sulit, kata pengusaha pengembang, Rina Fakhrudin, masyarakat menahan diri membeli tanah atau bangunan.

"Supaya bisa membayar pinjaman bank dan modal terus berputar, terpaksa tanah dan bangunan dilego di bawah harga standar," kata Rina, di Denpasar, Bali, Sabtu (1/10).

Hal itu dikemukakan Rina, sehubungan semakin melesunya penjualan rumah KPR di Denpasar. Menurut dia, situasi itu sudah berjalan selama hampir dua tahun, di mana tidak ada konsumen yang memesan atau membeli rumah baru. Rina menyebutkan, sekarang ini para pengembang tidak mikir untung besar lagi untuk menjual rumah atau tanah kaplingan. Hal yang penting, menurutnya, pengembang bisa menutup bunga bank, tanah pasti dijual.

Sebelumnya untuk setiap transaksi tanah atau rumah senilai Rp 1 miliar, dia bisa untung sampai Rp 300 juta. Tapi sekarang sebutnya, untung Rp 100 juta langsung dijual ke konsumen. "Ngapain dipertahankan, kita tidak tahu, bagaimana prospek ekonomi ke depan. Kalau pinjaman bank tidak dibayar, akan terus membayar bunganya dan itu tidak baik," kata Rina.

Sementara itu pengembang asal Jember, Jawa Timur, Agus Sutanto yang mengaku ingin menjajaki pasar rumah tinggal di Bali, mengeluhkan hal serupa. Menurut dia, aset yang dibelinya Rp 2 miliar dua tahun lalu, dilepasnya hanya Rp 2,3 miliar. "Dari segi hitungan bisnis sebenarnya saya rugi. Tapi mau apa lagi. Kalau tidak dilepas, susah melunasi pinjaman bank," katanya.

Menurut Agus dia berharap pasar di Bali lebih bagus ketimbang di Jember. Namun ternyata dia mengaku keadaaanya tidak jauh berbeda.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement