Kamis 13 Oct 2016 20:15 WIB

Ekspor Furnitur Indonesia Kalah dari Vietnam dan Malaysia

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nur Aini
Pengunjung melihat salah satu produk furnitur saat pameran
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pengunjung melihat salah satu produk furnitur saat pameran "Exclusive Furniture Show 2015" di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (15/10).

EKBIS.CO, JAKARTA -- ‎Industri funitur yang terdiri dari mebel dan kerajinan Indonesia dinilai masih tertinggal dari negara tetang‎ga. Padahal produk furnitur Indonesia memiliki desain yang lebih khas dan unik.

Wakil Ketua Umum Bidang Promosi & Pemasaran Himpunan Industri Mebel & Kerajinan Indonesia (HIMKI), Bernardus Arwin mengatakan,‎ nilai ekspor mebel dan kerajinan Indonesia masih di bawah Malaysia dan Vietnam. Meski Vietnam baru bermain di sektor furnitur tapi nilai ekspor negara tersebut nyatanya lebih tinggi dibandingkan Indonesia.

Nilai ekspor furnitur Vietnam 10 tahun lalu hanya mencapai 20 juta dolar AS. Namun, saat ini Vietnam berhasil menempati posisi 7 besar dunia dengan nilai ekspor mencapai 7,6 miliar dolar AS.

"Saat ini, nilai ekspor kita masih jauh tertinggal dibanding negara lain. Bahkan kita tidak masuk dalam jajaran 10 besar negara pengekspor mebel dunia," kata Bernaus di acara JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (13/10).

Dalam lima tahun terakhir, pasar ekspor Indonesia masih sangat jauh tertinggal dengan nilai ekspor berada di kisaran dua miliar dolar AS per tahun. Nilai ini amat kecil dengan pangsa pasar global dalan furnitur mencapai 241 miliar dolar AS. Pasar ini masih dikuasai Cina dengan nilai ekspor mencapai 98,7 miliar dolar AS.

Bernardus mengatakan, banyak faktor yang menyebabkan capaian ekspor furnitur Indonesia masih loyo. Salah satunya adalah teknologi produksi dan harga yang kurang kompetitif. Sejauh ini masih sedikit pengrajin yang menggunakan teknologi muktahir dalam menghasilkan sebuah produk. Rata-rata hanya industri kecil menengah (IKM) yang menggunakan teknologi tersebut. Sedangkan pelaku UMKM masih membuat furnitur dengan cara klasik.

"Kalau untuk produksi banyak kan bagus pakai teknologi sehingga bisa terpenuhi," kata dia.

Di sisi harga, industri furnitur juga mengalami banyak hambatan dari segi ekspor karena harga yang cukup tinggi. Dengan penggunaan kayu yang lebih alami, dan pengerjaan yang membutuhkan waktu banyak, hasilnya harga untuk furnitur Indonesia masih kalah berdaya saing.

Meski demikian, furnitur Indonesia masih banyak diminati pembeli dari mancanegara karena keunikannya tidak bisa didapat dari negara lain. Produk furnitur dari Indonesia juga memiliki variasi desain yang lebih banyak, sebab banyak keragaman budaya yang tertuang dalam furnitur tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement