EKBIS.CO, LONDON -- Menurut Deputi Gubernur Bank Sentral Inggris (BOE) Ben Broadbent, turunnya nilai poundsterling Inggris sebagai peredam kejut yang sangat penting untuk menghadapi guncangan.
Seperti diketahui, nilai tukar poundsterling telah jatuh hampir 20 persen terhadap dolar AS sejak referendum keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) pada tahun ini. Pada Senin (17/10), nilai poundsterling di bawah 1,22 dolar AS dan 1,11 Euro, setelah jatuh lebih dari 5 persen pada bulan Oktober 2016 di tengah kekhawatiran tentang dampak ekonomi pascaInggris meninggalkan UE.
"Memiliki mata uang yang fleksibel adalah hal yang sangat penting terutama di lingkungan saat ekonomi Anda menghadapi kejutan yang berbeda bagi mitra dagang Anda,'' kata Broadbent seperti dikutip dari BBC, Selasa (18/10).
Menurut Broadbent, membiarkan poundsterling untuk bereaksi adalah peredam kejut yang sangat penting.
Angka-angka inflasi di Inggris terbaru akan dirilis pada Selasa (18/10). Ekonom Inggris memperkirakan harga-harga telah meningkat 0,9 persen hingga September.
Broadbent mengatakan, inflasi mungkin akan meningkat di atas target bank sebesar dua persen pada tahun-tahun mendatang.
''Sengketa Tesco dengan Unilever pekan lalu atas kenaikan harga ekstrak ragi Marmite menggambarkan bagaimana satu poundsterling yang melemah bisa mendongkrak inflasi,'' katanya.
Broadbent juga mengatakan, meningkatnya biaya liburan ke luar negeri juga akan menyumbang inflasi. Namun, ia mengingatkan bahwa mengendalikan harga dengan kebijakan moneter ketat bisa memukul pertumbuhan dan jumlah pekerjaan.
''Menaikkan suku bunga untuk memenuhi target inflasi Bank dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak diinginkan seperti pertumbuhan ekonomi rendah dan pengangguran yang lebih tinggi,'' katanya.