EKBIS.CO, SURABAYA -- Prospek pertumbuhan ekonomi dan keuangan syariah masih sangat menjanjikan. Tiga pilar ekonomi dan keuangan islami; perbankan, pasar modal, dan takaful, merupakan pilar kokoh pertumbuhan ekonomi dan keuangan syariah.
"Ketiga pilar itu menunjukkan progres yang luar biasa dalam konteks volume bisnis, produk-produk keuangan, serta jaringan lebih luas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," ungkap Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo, saat membuka seminar internasional 'Integrating Islamic Commercial and Social Finance to Strengthen Financial System Stability', di Surabaya, Kamis (27/10).
Di hadapan peserta seminar yang merupakan rangkaian dari gelaran Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) itu, Agus memaparkan saat ini perekonomian global secara umum melandai. Kondisi itu pun berdampak pada perkembangan ekonomi dan keuangan syariah nasional.
Pertumbuhan ekonomi dan keuangan syariah Indonesia juga ikut melandai, terutama dalam kurun 2012-2015, ketika pertumbuhan perbankan syariah mencapai titik terendah, di kisaran 8,8 persen pada 2015. Sedangkan pertumbuhan perbankan konvensional mencapai 9,2 persen.
Namun, memasuki Juli 2016, pertumbuhannya kembali merangkak naik ke kisaran 12 persen (year on year). Sedangkan pertumbuhan perbankan konvensional, justru terlihat melandai ke titik 7,2 persen (year on year). Namun, secara keseluruhan, pangsa perbankan syariah cenderung stagnan di angka 4,8 persen.
"Meski begitu, perbankan syariah di Indonesia diklaim sebagai perbankan ritel islami terbesar dunia," tambah Agus. Klaim ini merujuk pada total jumlah nasabah yang mencapai 18 juta nasabah dan lebih dari 4.500 kantor cabang, pada 2015.
Perkembangan serupa juga terlihat pada pertumbuhan sukuk (obligasi syariah) Indonesia. Dalam kurun 2009 sampai 2014, pertumbuhan sukuk melandai. Dalam kurun 2011 sampai 2014, pertumbuhan sukuk pemerintah juga melandai.
Namun, jelas Agus, pertumbuhan suku mulai membaik pada 2015, tumbuh mencapai 39,4 persen. Sampai Juli 2016, pertumbuhan sukuk korporasi sudah mencapai 29,5 persen. Sedangkan sukuk pemerintah mencapai 36,28 persen.
Meski sempat melandai terkena dampak melemahnya perekonomian global, Agus menilai ekonomi dan keuangan syariah nasional, khususnya sektor perbankan, mampu memperlihatkan ketahanannya terhadap dampak krisis atau pelemahan perekonomian global.