Jumat 28 Oct 2016 16:41 WIB

Menatap Potensi Gas Bumi untuk Indonesia Mandiri

Red: Dwi Murdaningsih
Petugas perusahaan Gas Negara (PGN) melakukan pengecekan meteran saluran pipa gas disebuah rumah makan di Cirebon, Jawa Barat, Senin (17/10).
Foto:

Nur Wahid menjelaskan jumlah kompor yang harus teraliri gas atau harus menyala setiap hari sebanyak 15 buah, atau berarti memiliki sebanyak 30 buah tungku yang harus beroperasi setiap harinya. Kemudian jam operasional tungku tersebut dimulai dari jam 04.00 wib hingga jam 17.00 wib. Nur Wahid menjelaskan untuk memperoleh aliran gas alam dari PGN, ia harus mengurus administrasi dan lama tunggu sekitar empat bulan.

"Administrasinya mudah hanya masalah waktu tunggu saja. Selain itu, untuk instalasi harus disediakan sendiri oleh konsumen, namun tetap mendapat bantuan persediaan perlengkapan dari PGN," katanya.

Industri kimia pun tidak ketinggalan dari memanfaatkan keuntungan gas bumi. CV Sumberjaya Kapur, perusahaan penghasil kalsium oksida atau bubuk kapur di Cirebon bahkan memanfaatkan distribusi gas dari PGN hingga generasi ketiga di keluarganya.

Dadang Iskandar, pemilik pabrik tersebut menjelaskan pihaknya menggunakan gas dari PGN sejak tahun 1966. "Bubuk kapur dari kami rata-rata diproduksi sebanyak 750 ton setiap bulannya, atau menghasilkan sekitar Rp900 juta per bulan omzetnya," kata Dadang.

Keuntungan dari gas yang dipakai adalah panas api yang dihasilkan pas untuk melepaskan CO2 dari batu kapur, daripada menggunakan minyak atau kayu bakar yang bisa menimbulkan polusi udara serta lebih lama proses pembakarannya. Api di tungku miliknya tidak padam selama 24 jam operasional, dan biaya operasional bahan bakar menurutnya bisa menghemat sekitar 50 persen daripada LPG. Selain itu, faktor keselamatan menjadi pertimbangan utama, sebab tekanan gas bumi lebih rendah, sehingga jika terjadi kebocoran, masih bisa diantisipasi.

"Petugas selalu melakukan kontrol kepada kami serta perawatan pipa, sehingga itu sangat membantu dan memberikan ketenangan," katanya.

Kemudian nafas perekonomian lainnya melalui PT Genteng Teracotta Industri (GTI), pabrik ini bahkan sudah mengikat PGN dengan kontrak untuk bisa memenuhi pasokan gas sebanyak 204 ribu meter kubik setiap bulannya untuk proses pengeringan genteng. Per harinya rata-rata konsumsi gas menghabiskan sekitar 6.500 meter kubik, kata Staff Pemasaran PT GTI Agus Nugraha.

"Dulu sempat memakai minyak mdf (kualitas di bawah solar), namun hasilnya lama, serta membutuhkan infrastruktur lebih banyak, sehingga kemudian beralih ke gas bumi," kata Agus.

Pabrik yang memiliki 300 karyawan ini mengaku hasilnya bisa lebih dari dua kali lipat semenjak beralih dengan bahan bakar gas bumi. Manfaat ini, selanjutnya mendapat apresiasi atas saluran gas alam dari Perusahaan Gas Negara (PGN) yang telah didistribusikan kepada 4.000 rumah tangga di wilayah Kelurahan Kalijaga, Kecamatan Harjamukti, Cirebon, Jawa Barat.

"Kami sangat terbantu, karena biaya penggunaan bahan bakar lebih hemat, dan tekanan gas juga rendah sehingga risiko kecelakaan atau meledak lebih kecil," kata Yuni Resdiyanti, salah satu warga Harjamukti.

Ia mengatakan bahwa sistem pembayaran juga mudah karena banyak tersedia di loket atau beberapa toko pengecer ternama. Selain itu, Eka Sukarya, pelanggan rumah tangga lainnya dari saluran PGN, juga menyampaikan hal yang sama, bahwa penggunaan gas alam lebih mudah dan tidak perlu mengangkat berat tabung-tabung gas.

sumber : antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement