EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga batu bara acuan (HBA) pada November 2016 sebesar 84,89 dolar AS. Angka tersebut naik 23 persen dibandingkan HBA Oktober 2016, yakni sebesar 69,07 dolar AS per ton.
Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) memprediksi tren penguatan HBA sampai kuartal I 2017. Deputi Direktur Eksekutif APBI, Hendra Sinadia mengatakan kebijakan Pemerintah Cina yang menurunkan produksi komoditas tersebut menjadi penyebab utama HBA mengalami kenaikan.
"penyebab terbesar ada di Cina karena negara itu produsen batubara terbesar di dunia, dan juga penggguna batubara terbesar di dunia. Jadi efeknya signifikan, kebijakan itu akan terasa di seluruh dunia," kata Hendra kepada Republika, Senin (14/11).
Ia menerangkan kebijakan Cina bisa saja berubah-ubah. Menurut dia ada kemungkinan pemerintah negeri tirai bambu mengembalikan volume produksi batubara secara bertahap. "Karena harga batu bara makin tinggi, pembangkit listrik mereka makin mahal beli batubaranya," ujar Hendra menjelaskan.
Meski demikian, arah menuju kemungkinan tersebut, menurut Hendra belum terlihat. Di sisi lain, kata dia, harga batu bara akan terus menguat hingga beberapa bulan ke depan.
"Jadi artinya kalaupun bulan depan dia turun sdikit, kita anggap itu masih menguat. Kalau dia turun ke 80 dolar AS, misalnya, kita harus membandingkan dengan harga beberapa bulan lalu yang mencapai level terendah," tutur Hendra.
Ia menjelaskan secara natural, hingga kuartal ke-I 2017, Indonesia memasuki musim dingin. Saat itu permintaan pembangkit listrik akan pasokan batu bara meninggi. Kapasitas listrik meningkat. Sehingga memengaruhi HBA.
"Jadi itu yg saya perkirakan, mungkin dalam kuartal I bahkan dalam kuartal II mungkin masih menguat," kata Hendra.