EKBIS.CO, JIMBARAN -- Kementerian Perhubungan menyatakan bahwa Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan atau AirNav Indonesia mengawasi lalu lintas penerbangan terpadat di dunia. Salah satunya lalu lintas penerbangan di kawasan Selat Malaka.
"Lalu lintas penerbangan yang melalui Selat Malaka (Sumatra-Kalimantan dan Jawa) traffic-nya paling padat nomor lima dunia menurut IATA dan itu dikontrol Airnav," kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Suprasetyo, usai menghadiri pertemuan regional organisasi navigasi penerbangan Asia Pasifik (Canso) di Jimbaran, Kabupaten Badung, Bali, Selasa (22/11).
Sedangkan lalu lintas penerbangan Tanah Air, lanjut dia, BUMN yang baru berusia empat tahun tersebut, mengawasi hampir 2.000 lalu lintas penerbangan setiap harinya.
Sementara itu Direktur Utama AirNav Indonesia, Bambang Tjahjono menuturkan bahwa lalu lintas penerbangan terpadat di Indonesia yakni di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, dengan rata-rata lalu lintas penerbangan per hari mencapai 1.100 hingga 1.200 penerbangan baik pesawat lepas landas dan mendarat.
Dengan jumlah lalu lintas harian yang mencapai ribuan tersebut menjadikan bandara internasional Jakarta itu sebagai bandara tersibuk di Indonesia. Bandara dengan kepadatan lalu lintas penerbangan lainnya yakni Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, dengan rata-rata lalu lintas pesawat lepas landas dan mendarat mencapai 400 unit per hari.
"Pesawat yang lepas landas dan mendarat di Bali per harinya mencapai 400 pergerakan, jadi per jam kapasitas mencapai 25 pergerakan pesawat," kata General Manajer AirNav Bali, Maskon Humawan ditemui pada kesempatan yang sama.
Dengan kepadatan lalu lintas penerbangan tersebut, AirNav Indonesia mendorong penguatan kerja sama khususnya di kawasan regional Asia Pasifik apalagi di kawasan itu melayani 85 persen ruang udara di dunia. Apalagi di kawasan tersebut juga diproyeksi bahwa dalam 20 tahun mendatang, pertumbuhan lalu lintas penerbangan dunia terpusat di Asia Pasifik dengan laju pertumbuhan mencapai sekitar 5,7 persen setiap tahunnya.
Indonesia telah menjalin kerja sama dengan Australia untuk kolaborasi pemanfaatan Automatic Dependent Surveillance-Brodcasting (ADS-B), teknologi pengawasan untuk mengetahui pergerakan serta identifikasi pesawat berbasis satelit.
Sedangkan kawasan yang perlu melakukan hal serupa di antaranya ruang udara di atas Laut China Selatan, Samudera Hindia dan Teluk Benggala.