EKBIS.CO, CIREBON -- Para petani di Kabupaten Cirebon diimbau percepat musim tanam rendeng 2016/2017. Hal itu terutama untuk daerah-daerah yang rawan terkena banjir.
Kepala Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Cirebon, Ali Effendi menyebutkan, areal pertanian yang rawan terendam banjir itu secara geografis terletak di dataran rendah dan dekat dengan sejumlah sungai. Salah satunya adalah areal pertanian di Desa Jagapura, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon.
"Saat curah hujan tinggi, biasanya terjadi pada Januari atau Februari, tanaman padi bisa terendam banjir," kata Ali.
Ali menyebutkan, sedikitnya ada sekitar 40 hektare areal tanaman padi di daerah tersebut yang selalu terendam banjir setiap kali hujan deras tiba. Karena itu, pihaknya sejak jauh-jauh hari sudah meminta kepada petani untuk melakukan percepatan tanam. "Jadi saat puncak musim hujan nanti, tanaman padi sudah tinggi dan kuat," terang Ali.
Menurut Ali, tanaman padi yang sudah tinggi dan kuat akan tetap aman meski terendam banjir. Pasalnya, tanaman padi tidak seluruhnya terendam air sehingga masih bisa bernafas dan tidak akan membusuk.
Ali menyebutkan, luas areal tanaman padi musim tanam rendeng 2016/2017 di Kabupaten Cirebon saat ini sudah mencapai 50 persen. Diperkirakan luas tanam itu akan bertambah lebih banyak pada Desember mendatang.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu, Firman Muntako menyatakan, Pemkab Indramayu juga sudah memberikan imbauan percepatan musim tanam rendeng 2016/2017 sejak Oktober 2016 kepada para petani. Namun, yang menjadi kendala adalah pelaksanaan adat istiadat di desa-desa, yang diyakini harus dilakukan terlebih dulu sebelum melaksanakan musim tanam.
Firman menyebutkan, target musim tanam rendeng di Kabupaten Indramayu mencapai 139.525 hektare. Dari jumlah tersebut, hingga pertengahan November 2016, baru terealisasi sekitar 15 ribu hektare. "Pelaksanaan musim tanam sekarang terus ergulir," kata Firman.
Ketika ditanyakan mengenai antisipasi banjir pada areal pertanian, Firman menyatakan, instansi pengairan sudah melakukan langkah antisipasi dengan menormalisasi saluran induk dan sekunder. Namun, memang masih dibutuhkan peningkatan atau rehabilitasi di tingkat saluran tersier.
Firman menambahkan, pada 2017, Pemerintah Pusat juga akan mengadakan program sumber-sumber air. Hal itu untuk memenuhi kebutuhan pengairan bagi lahan seluas 49 ribu hektare yang tersebar di 71 desa di 27 kecamatan di Kabupaten Indramayu. "Nanti yang melaksanakannya Karya Bakti TNI. Sekarang masih tahap persiapan," kata Firman.