EKBIS.CO, JAKARTA -- Industri game di Tanah Air mengalami pertumbuhan yang mengesankan dengan menembus ranking 17 besar dunia dengan nilai omset hampir 600 juta dolar AS pada 2016. Jumlah itu meningkat hampir 100 persen dibanding tahun sebelumnya yang menghasilkan pendapatan senilai 321 juta dolar AS.
Namun, industri game yang besar tersebut sebagian besar masih dinikmati game game mancanegara. Menurut riset dari Kominfo dan Asosiasi Game Indonesia (AGI), penguasaan industri game lokal hanya 9,5 persen dari pangsa pasar yang ada.
Oleh karena itu, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) terus melakukan akselerasi untuk meningkatkan kemampuan, kualitas dan animo para developer game lokal agar bisa memanfaatkan potensi pasar yang menjanjikan tersebut. Termasuk dengan menyelenggarakan BEKRAF Game Prime 2016 pada 29 sampai 30 November 2016 di Balai Kartini, Jakarta.
Even yang kesembilan kalinya ini adalah ajang pertemuan para developer game, gamers dan pelaku industri game Tanah Air maupun manca negara. Agar bisa bersaing, BEKRAF menekankan pentingnya konten lokal dalam pengembangan game. Sebab, dengan kearifan lokal tersebut akan memudahkan diterima para users di Tanah Air. Seperti yang dilakukan oleh kreator Tahu Bulat, Teka Teki Saku, dan sebagainya.
“Pertumbuhan pasar game online di Indonesia di atas 50 persen. Produk game Indonesia yang dapat berjaya di pasar Indonesia adalah yang mengangkat kearifan lokal dan itu sudah dibuktikan oleh beberapa anak bangsa. Saya memimpikan di telepon genggam orang Indonesia akan dipenuhi dengan game karya anak bangsa,” ujar Deputi Infrastruktur Bekraf, Hari Sungkari dalam siaran pers yang diterima Republika, Jumat (2/12).
Dari sisi regulasi, Bekraf dan AGI mendukung upaya Kominfo dalam menerapkan Game Rating System yang rencananya akan berlaku akhir tahun ini. Regulasi ini diharapkan menjadi aturan main yang adil bagi para pelaku industri game .