EKBIS.CO, BALI -- Bank Indonesia (BI) menyatakan, harga cabai adalah sumber utama permasalahan inflasi sampai akhir 2016. Hal itu terlihat dari kontribusi harga cabai terhadap inflasi sejak awal tahun yang mencapai 16,1 persen dari komponen inflasi.
Direktur Eksekutif Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI Juda Agung mengatakan, hingga November tercatat 0,5 persen harga cabai memberi andil dari inflasi year to date sebesar 2,59 persen. Menurutnya, hal ini membuat komponen harga bergejolak sebagai penyumbang inflasi terbesar tahun ini.
"Memang harga cabe ini yang sedikit mengganggu, terutama di akhir-akhir bulan. Sebenarnya kalau kami bilang, sumbangan inflasi dari cabe ini agak unnecessary, tapi risiko dari tanamannya tinggi sekali," kata Juda.
Ia melanjutkan, kenaikan harga cabai tersebut karena musim hujan cukup tinggi di akhir tahun. Sehingga cabe menjadi busuk dan tak bisa dikonsumsi, sebab cabai rentan oleh air.
"Di beberapa daerah, tanaman cabai terkena virus kuning, terutama di wilayah Sumatera," tambahnya.
Meski begitu, BI memprediksi inflasi akhir tahun tak akan melenceng dari target BI yaitu 4 plus minus 1 persen. Juda menyebutkan, inflasi sampai akhir tahun akan berada di rentang 3,1 hingga 3,2 persen. "Semua terkendali, ya hanya harga cabe saja yang belum ada solusinya," kata dia.