Senin 12 Dec 2016 18:10 WIB

Warga Indramayu Keluhkan Kelangkaan Elpiji 3 Kg

Rep: Lilis Handayani/ Red: Nur Aini
Pekerja melakukan pengisian tabung Elpiji 3 Kg di SPBE. (ilustrasi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Pekerja melakukan pengisian tabung Elpiji 3 Kg di SPBE. (ilustrasi)

EKBIS.CO, INDRAMAYU – Warga di sejumlah daerah di Kabupaten Indramayu mengeluhkan sulitnya memperoleh pasokan gas elpiji 3 kg atau yang dikenal dengan sebutan gas melon. Selain menggelar operasi pasar, Pertamina juga akan memperbarui data kebutuhan gas tersebut di tengah masyarakat.

 

‘’Susah dapat gas elpiji 3 kg ini sudah lama. Kalaupun ada, akan langsung habis diserbu pembeli,’’ ujar seorang pedagang eceran gas melon di Kecamatan Indramayu, Emih, Senin (12/12).

 

Emih mengaku hanya menjual sekitar 20 tabung gas melon. Saat pasokan gas melon di pangkalan datang, dia pun akan langsung bergegas membelinya. Setelah sampai di warungnya, gas melon itu akan cepat habis dibeli para pelanggannya.

 

Emih mengatakan membeli gas melon dari pangkalan dengan harga Rp 17.500 per tabung. Gas melon itu kemudian dijualnya kembali dengan harga Rp 20 ribu per tabung. Emih mengatakan, akibat sering kesulitan memperoleh pasokan gas melon, dia kini perlahan mulai beralih menjual gas elpiji ukuran 5,5 kg. Gas yang diambilnya dari pangkalan seharga Rp 67 ribu  per tabung itu, dijualnya kembali dengan harga Rp 72 ribu per tabung. "Tapi susahnya kan harus punya tabung gas (ukuran 5,5 kg) sendiri,’’ keluh Emih.

 

Seorang pedagang makanan keliling asal Kelurahan Margadadi, Kecamatan Indramayu, Toya, mengaku pernah tidak bisa berjualan karena kosongnya gas melon di warung-warung. Padahal, dia sudah berkeliling ke sejumlah tempat untuk mendapatkannya. "Kalau gas 3 kg tidak ada, ya mau masak pakai apa? Mau pakai gas 12 kg tidak kuat harganya, saya cuma pedagang kecil,’’ tutur Toya.

 

Sementara itu, kesulitan memperoleh gas elpiji juga dialami warga di Kecamatan Karangampel, Kabupaten Indramayu. Sejumlah warga terpaksa harus keliling ke sejumlah pengecer untuk mendapatkan gas melon dan berani membayar dengan harga yang lebih tinggi dari biasanya.

 

‘’Saya pernah sampai harus muter-muter ke desa lain untuk dapat gas melon,’’ kata  seorangwarga Desa Karangampel Kidul, Kecamatan Karangampel, Utoyo.

 

Utoyo pun mengaku berani membayar dengan harga Rp 22 ribu meski biasanya gas itu dibelinya dari warung langganannya senilai Rp 19 ribu. Dia menyatakan, sangat membutuhkan gas itu untuk kebutuhan memasak di rumahnya.

 

Area Manager Communication and Relations MOR III PT Pertamina (Persero), Yudi Nugraha, saat dikonfirmasi, menyatakan, penyaluran gas elpiji 3 kg selama ini didasarkan pada kuota yang diajukan masing-masing pemda setempat. Dia mengakui di beberapa daerah, termasuk di pantura, sudah cukup lama terjadi kekurangan gas tersebut.

 

‘’(Penyebabnya), keliatannya banyak yang menggunakan gas 3 kg, tapi sebenarnya tidak berhak,’’ kata Yudi.

 

Yudi menerangkan, gas elpiji 3 kg sebenarnya hanya diperuntukkan bagi rumah tangga yang pengeluarannya maksimal Rp 1,5 juta per bulan. Namun kenyataan di lapangan, banyak rumah tangga yang pengeluarannya diatas Rp 1,5 juta per bulan yang menggunakan gas tersebut. "Akhirnya gas 3 kg jadi rebutan,’’ tutur Yudi.

 

Yudi mengungkapkan, untuk mengantisipasi kondisi tersebut, pihaknya akan mengadakan operasi pasar. Selain itu, pihaknya akan bekerja sama dengan Hiswana Migas dan pemda untuk memperbarui data kebutuhan gas melon yang sebenarnya di tengah masyarakat.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement