EKBIS.CO, SOLO -- Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta, Bambang Setiaji mengungkapkan, penyederhanaan nilai nominal uang rupiah atau redenominasi dinilai dapat mempengaruhi psikologi masyarakat sehingga menyebabkan inflasi. Menurutnya, perlu sosialisasi intensif agar masyarakat lebih siap dan menerima hal tersebut.
“(Redenominasi) apa mebuat inflasi? Kita lihat itu tergantung dari psikologisnya (masyarakat). Dulu tanah Rp 1 miliar, sekarang Rp 1 juta kok sedikit sekali misalnya, ada efek inflasinya karena didorong psikologis,” kata Bambang kepada Republika.co.id pada Senin (19/12) siang.
BI tengah mengajukan RUU Redenominasi perubahan harga rupiah tiga tahun lalu. Redominasi dimaksudkan agar mata uang rupiah lebih sederhana dan efisien setiap digitnya. Kata Bambang, ada solusi lain ketimbang melakukan penghilangan angka nol pada nominal mata uang. Yakni, dengan menggati digit nol menjadi huruf baca rupiah.
Hal ini dinilainya akan lebih diterima dan memudahkan bagi masyarakat. Dia mencontohkan, misalnya uang pecahan seratur ribu rupiah dapat ditulis Rp 100 ribu. “Redenominasi tidak usah, tapi dalam cetakannya bisa mengubah jadi huruf, (ribunya) ditulis kecil saja di uangnya, sehingga lama-lama orang nantinya menyebut nominalnya,” katanya.