EKBIS.CO, JAKARTA -- Sejalan dengan kenaikan beberapa imbal hasil obligasi di pasar negara berkembang, imbal hasil Surat utang Negara (SUN) ikut naik pada perdagangan Selasa (27/12) kemarin.
"SUN terbawa arus global. Tetapi terlihat proporsi kepemilikan asing di SUN yang cukup stabil di 37,5 persen, walaupun masih jauh di bawah level tertingginya," ujar Analis Riset Samuel Sekuritas Rangga Cipta, Rabu (28/12).
Rangga menjelaskan, dari sisi domestik, pemerintah dan BI semakin optimistis bahwa inflasi di akhir tahun akan lebih rendah dari dua bulan sebelumnya. Kendati begitu, kekhawatiran terhadap defisit fiskal masih tinggi melihat pencapaian pendapatan Negara yang masih jauh di bawah target hingga minggu keempat Desember 2016.
Menurutnya, risiko defisit hanya bisa diredam dengan pengurangan penyerapan belanja yang mana bisa berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan ekonomi. Seharusnya ini bisa menekan ekspektasi kenaikan suku bunga, tetapi di tengah the Fed yang sedang memulai siklus pengetatan moneternya serta ekspektasi inflasi domestik di 2017 yang tinggi, akan sulit bagi BI untuk tetap agresif melakukan pelonggaran moneter.
"Sementara di sisi lain, perlambatan ekonomi justru bisa memicu aliran dana keluar dan memukul balik SUN melalui efek pelemahan rupiah," kata Rangga.
Dalam ulasan pada obligasi sepekan, ia menilai pasar obligasi mulai pulih seiring dengan optimisme pertumbuhan global yang terjaga. Pasar obligasi global mulai mereda aksi jualnya minggu lalu tetapi kejatuhan pasar saham masih berlangsung terutama di pasar negara berkembang - sebaliknya di negara maju, indeks saham justru terus menguat, menandakan optimisme pertumbuhan.
Tetapi di awal minggu ini, mulai terlihat penguatan di indeks saham Asia, bisa jadi pertanda meredanyashock kenaikan FFR target serta Trump effect. Secara umum fokus masih tertuju pada kebijakan ekonomi dari Trump, kemungkinan di awal tahun depan.
Sementara itu pasar obligasi global yang mulai pulih membawa serta imbal hasil SUN untuk turun sejak minggu lalu, sejalan juga dengan aliran dana asing yang masuk sehingga membawa penguatan rupiah. Akan tetapi yang sebaliknya terjadi di pasar saham - IHSG anjlok 3,9 persen WoW dan sudah sekitar 337 juta dolar AS aliran dana asing keluar di sepanjang Desember 2016.
Selain faktor global, kenaikan outlook oleh Fitch serta ekspektasi inflasi yang terpangkas oleh keengganan Jokowi menaikkan harga BBM Premium dan Solar hingga 3 bulan mendatang, menjadi sentimen positif.
Sentimen negatif masih datang dari sisi fiskal sehingga mengurangi prospek pertumbuhan yang bersumber dari belanja pemerintah - defisit terhadap PDB di 2016 berpeluang mendekati 3 persen.